BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Islam adalah agama
yang menempatan pendidikan, dalam
posisi yang sangat vital. Bukanlah sesuatu yang kebetulan jika lima ayat
pertama yang diwahyukan Allah kepada Muhammad dalam surat al-Alaq,
dimulai dengan perintah membaca, iqra’. Disamping, itu pesa-pesan
al-Qur’an dalam hubungannya dengan pendidikan pun dapat dijumpai dalam berbagai
ayat dan surat dengan aneka ungkapan pernyataan, pertanyaan dan kisah. Lebih kusus
lagi kata ‘ilm dan derivasinya digunakan paling dominan dalam al-Qur’an
untuk menunjukkan perhatian Islam yang luar biasa terhadap pendidikan.
Menegaskan kenyataan diatas, pasangan sarjana muslim kontemporer, Ismail Raji
al-Faruqi dan Lois al-Faruq membuat pernyataan bahwa, “Islam
mengidentifikasikan dirinya sendiri dengan ilmu. Bagi Islam, ilmu adalah syarat
dan sekaligus tujuan dari agama ini”.
Dalam relitas
sejarah secara epistemologi, perkembangan teori pendidikan Islam, sebagaimana
yang diungkap Tedi Priyatna, cukup unik. Setidaknya ada dua tipe perumusan
teori pendidikan Islam yang berkembang, yaitu: pertama, rumusan yang dihasilkan
dari sikap atau respon umat Islam terhadap masalah-masalah pendidikan dengan
mengembalikannya pada sumber normative al-Qur’an dan Hadits; kedua, hasil
introdusir dari teori-toeri pendidikan yang berkembang
dan melegitimasikannya
melalui sumber normative tersebut. Dengan demikian untuk saaat ini, harus
diakui sejujur jujurnya bahwa secara materi atau isi, teori pendidikan
Islam masih banyak memperlihatkan teori-teori hasil reduksi dari sejumlah
pemikiran barat atau lainnya, sehingga terkesan bahwa teori pendidikan Islam
hanyalah “nama baru” dari suatu teori yang ada yang sudah dilegitimasi oleh
rujukan-rujukan sumber normative.[1]
Walaupun demikian,
ketika kita mengkaji secara serius sejarah Islam dimasa lalu, maka kita harus
berbangga hati atas sejumlah prestasi yang sudah dihasilkan oleh para tokoh
pendidikan Islam. Kajian tersebut meyakinkan kita akan adanya realitas
penyelenggaraan pendidikan pada masa Islam klasik yang tidak kalah dibanding
pendidikan modern saaat ini. Bagaimana mungkin komunitas peradaban mampu
menguasai dunia tanpa tanding, jika tanpa didukung oleh kualitas yang
pendidikan yang memadai, tulisan sederhana ini akan sedikit mengupas tentang
pemikiran orisinil salah satu tokoh pendidikan Islam, yang dikenal luas di
kalangan barat dan timur sebagai tokoh sejarah dan sosial yaitu Ibnu Khaldun.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis
dalam makalah tentang Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan Islam ini
adalah :







BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat
Hidup Ibnu Khaldun Dan Karya-Karyanya
A.I Riwayat Hidup Ibnu Khaldun
Sebuah ciri khas
yang melatar belakangi kehidupan Ibnu Khaldun adalah ia berasal dari
keluarga politis, intelektual dan aristokrat. Suatu latar belakang yang jarang
dijumpai orang. Sebelum menyeberang ke Afrika keluarganya adalah para pemimpin
politik di Moorish, Spanyol selama berabad-abad. Dalam keluarga elit semacam
inilah ia dilahirkan pada bulan Mei 1332 / 732 H di Tunisia.[2]
Nama lengkap Ibnu Khaldun yaitu Abdu al-Rahman ibn Muhamad ibn Muhamad ibn
Muhamad ibn al-Hasan ibn Jabir ibn Muhamad ibn Ibrahim ibn Khalid ibn Utsman
ibn Hani ibn Khattab ibn Kuraib ibn Ma`dikarib ibn al-Harits ibn Wail ibn Hujar
atau lebih dikenal dengan sebutan Abdur Rahman Abu Zayd Muhamad ibnu Khaldun.
Latar belakang
keluarga dan situasi saat ia dilahirkan serta pola perjalanan hidup beliau
nampaknya merupakan faktor yang menentukan dalam perkembangan pemikirannya.
Keluarganya telah mewariskan tradisi intelektual ke dalam dirinya, sedangkan
masa ketika ia hidup yang ditandai oleh jatuh bangunnya dinasti-dinasti Islam,
terutama dinasti Umayyah dan Abbasiyah memberikan kerangka berfikir dan
teori-teori ilmu sosialnya serta filsafatnya.[3]
Pada tahap awal
kehidupannya, ibnu Khaldun memperoleh pendidikan dari keluarganya sendiri,
gurunya yang pertama adalah ayahanya sendiri.[4]
Ia belajar membaca dan sekaligus belajar membaca al-Qur’an dalam usia sekitar
tujuh tahun, kemudian belajar bahasa, filsafat, manthiq, ilmu pasti, ilmu
syar’i, hadits, sehingga pada usia 20 tahun Ibnu Khaldun merupakan ilmuwan yang
dikagumi.
Selanjutnya, Ibnu
Khaldun lebih banyak bergumul dalam bidang politik di bandingkan dengan
keilmuan. Namun, sangat menakjubkan ia menjadi pemikir yang pakar dalam bidang
sejarah umat manusia melibihi bidang kepakarannya dalam bidang politik. Karir
tokoh besar ini bermula semenjak ia ditunjuk oleh Ibnu Tafirakin, seorang
perdana menteri dari raja Abi Ishak al-Hafshi yang berkuasa di Tunisia, pada
pertengahan abad VIII H, sebagai sekertaris yang menyalin berbagai dokumen
penting.[5]
Sebagai politisi
dan negarawan profesional, Ibnu Khaldun banyak berpindah dari satu tempat
ketempat lain. Mulai dari Tunis, Andalusia, Granada, kemudian Fez Maroko, akan
tetapi karir politiknya seringkali terganggu sehingga beliau mengalami
kejenuhan yang mendorongnya untuk meninggalkan dunia politik dan menekuni dunia
keilmuan. Pada tahun 784 H. Ibnu Khaldun pergi ke Cairo Mesir, beliau disana
dipercaya mengajar di universitas al-Azhar, mengadakan seminar-seminar berbagai
macam keilmuan. Selanjutnya, Ibnu Khaldun menekuni dunia keilmuan dengan
mengajar, menulis dan berdiskusi. Ibnu Khaldun wafat pada tahun 808 H / 1406 M,
di Cairo sebagai ilmuwan yang meninggalkan pemikiran besar antara lain dalam
bidang pendidikan.[6]
Dari riwayat
singkat Ibnu Khaldun tersebut, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal yang
menyebabkan Ibnu Khaldun memiliki kecemerlangan pikiran sebagai seorang ahli
sejarah dan penemu ilmu pengetahuan, yaitu antara lain:





A.II. Karya-Karya Ibnu Khaldun
Ibnu
Khaldun terkenal sebagai ilmuwan besar adalah karena karyanya “Muqaddimah”.
Rasanya memang aneh ia terkenal justru karena muqaddimahnya bukan karena
karyanya yang pokok (al-‘Ibar), namun pengantar al-‘Ibarnyalah yang
telah membuat namanya diagung-agungkan dalam sejarah intelektualisme. Karya
monumentalnya itu telah membuat para sarjana baik di Barat maupun di Timur
begitu mengaguminya.[7]
Sebenarnya
Ibnu Khaldun sudah memulai kariernya dalam bidang tulis menulis semenjak masa
mudanya, tatkala ia masih menuntut ilmu pengetahuan, dan kemudian dilanjutkan
ketika ia aktif dalam dunia politik dan pemerintahan. Adapun hasil
karya-karyanya yang terkenal di antaranya adalah:





B.
Pemikiran
Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan & Pandangan Tentang manusia
Pada bagian ini akan dibahas
pandangan-pandangan Ibnu Khaldun mengenai pendidikan. Menurut Ibnu Khaldun
dalam awal pembahasannya pada bab VI dari Muqaddimahnya, dia menyatakan bahwa
ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semat-mata bersifat pemikiran dan
perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam kehidupan, akan tetapi
ilmu dan pendidikan merupakan gejala konklusif yang lahir dari terbentuknya
masyarakat dan perkembangannya dalam tahapan kebudayaan. Menurutnya bahwa ilmu
dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis
insani. karena alasan itulah, sebelum mendefinisikan tentang ilmu dan
pendidikan, alangkah baiknya jika pembahsan awal dimulai dengan pandangan Ibnu
Khaldun tentang manusia.
Ibnu Khaldun melihat manusia tidak terlalu
menekankan pada segi kepribadiannya. Ia lebih banyak melihat manusia dalam
hubungannya dan interaksinya dengan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.
Ibnu Khaldun memandang bahwa manusia adalah sebagai makhluk yang berbeda dengan
berbagai makhluk lainnya. Manusia, menurut Ibnu Khaldun adalah makhluk berpikir.
Oleh karena itu ia mampu melahirkan ilmu (pengetahuan). dan sifat-sifat semacam
ini tidak dimiliki makhluk lainnya.
Menurut Ibnu Khaldun bahwa secara esensial
manusia itu bodoh, dan menjadi berilmu melalui pencarian ilmu pengetahuan.
Alasan yang dikemukakan bahwa manusia adalah bagian dari jenis binatang, dan
Allah SWT telah membedakannya dengan binatang dengan diberi akal pikiran. Lebih
lanjut Ibnu Khaldûn mengatakan bahwa, kemampuan manusia untuk berpikir baru
diperolehnya setelah sifat kebinatangannya mencapai kesempurnaan di dalam
dirinya. Itu dimulai dari kemampuan membedakan (tamyiz). Sebelum manusia
memiliki tamyiz, dia sama sekali tidak memiliki pengetahuan. Sebelum pada tahap
ini manusia sama sekali persis seperti binatang. Kemudian Allah memberikan
anugerah berupa pendengaran, penglihatan dan akal. Pada waktu itu manusia
adalah materi sepenuhnya karena itu dia tidak mempunyai ilmu pengetahuan. Dia
mencapai kesempurnaan bentuknya melalui ilmu pengetahuan yang dicari melalui organ
tubuhnya sendiri. Setelah manusia mencapai eksistensinya, dia siap menerima apa
yang dibawa para Nabi dan mengamalkannya demi akhiratnya. Maka dia selalu
berfikir tentang semuanya.
Dari pikiran ini tercipta berbagai ilmu
pengetahuan dan keahlian-keahlian. Kemudian manusia ingin mencapai apa yang
menjadi tuntutan wataknya; yaitu ingin mengetahui segala sesuatu, lalu dia
mencari orang yang lebih dulu memiliki ilmu atau kelebihan. Setelah itu
pikiran dan pandangannya dicurahkan pada hakekat kebenaran satu demi satu serta
memperhatikan peristiwa-peristiwa yang dialaminya yang berguna bagi esensinya.
Akhirnya dia menjadi terlatih sehingga pengajaran terhadap gejala hakekat
menjadi suatu kebiasaan (malakah) baginya. Ketika itu ilmunya menjadi suatu
ilmu spesial, dan jiwa generasi yang sedang tumbuh pun tertarik untuk
memperoleh ilmu tersebut. Merekapun meminta bantuan para ahli ilmu pengetahuan,
dan dari sinilah timbul pengajaran. Inilah yang oleh Ibnu Khaldun dikatakan
bahwa ilmu pengetahuan merupakan hal yang alami di dalam peradaban manusia.
Dari sinilah timbul yang dinamakan dengan proses pendidikan dan pengajaran.
Selanjutnya, sebagai makhluk sosial,
pertumbuhan dan perkembangan individu tersebut pemanfaatannya tidak hanya untuk
kepentingan pribadi, melainkan juga untuk kepentingan bersama, kepentingan
masyarakat (homo socius). Bahkan pertanggungjawaban perilaku dirinya, juga
tidak hanya tertuju kepada individu yang bersangkutan, melainkan juga tertuju
kepada masyarakat. Dan dalam proses sosial dalam bentuk interaksi sosial,
manusia tidak terlepas dari konteks sosial yang disebut “lingkungan sosial”.
Lingkungan sosial ini besar sekali pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi
individu. Sebagaimana Ibnu Khaldun dalam kitab Muqaddimahnya mengatakan bahwa:
“Manusia adalah makhluk sosial (al-Insanu
madaniyyun bi al-Thab’i). pernyataan ini mengandung bahwa seorang manusia
tidak bisa hidup sendirian dan eksistensinya tidaklah terlaksana kecuali dengan
kehidup-an bersama. Dia tidak akan mampu menyempurnakan eksistensi dan mengatur
kehidupannya dengan sempurna secara sendirian. Benar-benar sudah menjadi
wataknya, apabila manusia butuh bantuan dalam memenuhi kebutuhannya.”
Manusia memerlukan pendidikan, karena ia
dalam keadaan tidak berdaya, dan ketidakberdayaan itu memerlukan bantuan orang
lain. Sebab secara esensial bahwa pendidikan adalah media untuk menolong dan
menjadikan manusia menjadi manusia.
C.
Pandangan
Ibnu Khaldun Tentang Ilmu
Selanjutnya Ibnu
Khladun berpendapat bahwa pertumbuhan pendidikan dan ilmu pengetahuan di
pengaruhi oleh peradaban, ia menyebutkan bahwa hal ini dapat dilihat dari
Negara Qairawan dan Cordova yang merupakan dua pusat kebudayaan
Maghribi dan Andalusia. pada masa itu, peradaban disana berkembang pesat dan
terdapat pasar-pasar yang hidup dan lautan yang luas bagi beracam ilmu
pengetahuan dan keahlian.
Dalam Muqaddimah,
Ibnu Khaldun memandang bahwa ilmu dan pendidikan sudah merupakan tabiat di
dalam diri manusia. Ia juga menganggap bahwa ilmu dan pendidikan sebagai suatu
gejala konklusif yang lahir dari terbentuknya masyarakat dan perkembangannya di
dalam tahapan kebudayaan. Selain itu ilmu dan pendidikan merupakan salah satu
industri, sedangkan industri, lahir di dalam masyarakat karena urgensinya yang
begitu penting bagi kehidupan individu, yang merupakan salah satu jalan untuk
mendapatkan rizki.
Ibnu Khaldun juga
berpendapat, bahwa dari balik upayanya untuk mencapai ilmu itu, manusia
bertujuan dapat mengerti tentang berbagai aspek pengetahuan, yang dipandang
sebagai alat yang membantunya untuk bisa hidup dengan baik di dalam masyarakat
maju dan berbudaya.
D.
Pengertian
dan Tujuan Pendidikan Menurut Ibnu Khaldun
Di dalam kitab
Muqaddimahnya Ibnu Khaldun tidak memberikan definisi pendidikan secara jelas,
ia hanya memberikan gambaran-gambaran secara umum, seperti dikatakan Ibnu
Khaldun bahwa: “Barang siapa tidak terdidik oleh orang tuanya, maka akan
terdidik oleh zaman”, maksudnya barangsiapa tidak memperoleh tata krama yang
dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama melalui orang tua mereka yang mencakup
guru-guru dan para sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka, maka ia
akan mempelajarinya dengan bantuan alam, dari peristiwa-peristiwa yang terjadi
sepanjang zaman, zaman akan mengajarkannya.
Dari pendapatnya
ini dapat diketahui bahwa pendidikan menurut Ibnu Khaldun mempunyai pengertian
yang cukup luas. Pendidikan bukan hanya merupakan proses belajar mengajar yang
dibatasi oleh empat dinding, tetapi pendidikan adalah suatu proses, di mana
manusia secara sadar menangkap, menyerap, dan menghayati peristiwa-peristiwa
alam sepanjang zaman.
Di dalam Muqaddimahnya, Ibnu Khaldun tidak
merumuskan tujuan pendidikan secara jelas, akan tetapi dari uraian yang
tersirat, secara umum dapat diketahui tujuan yang seharusnya dicapai di dalam
pendidikan adalah sebagai berikut:


Dan dengan akal sebagai alat berpikir itu, manusia
mendapat petunjuk untuk memperoleh penghidupannya dan saling membantu dengan
sejenisnya serta mengadakan kesatuan sosial yang dipersiapkan bagi kerja sama,
dengan kemampuan itu pula, manusia siap menerima segala apa yang dibawa oleh
para nabi dan Rasul-Nya dari Allah Swt., dan mengamalkan serta mengikuti apa
yang berguna bagi akhirat”.
Dari sini dapat diketahui bahwa ada dua aspek
penting yang dapat dicapai oleh kemampuan akal, yaitu aspek sosial dan
spiritual. Keduanya dapat dimiliki oleh manusia melalui proses aktualisasi dari
generasi ke generasi. Dengan kata lain, bahwa manusia tersebut akan mencari
orang-orang yang sejak pertama kali sudah memiliki pengetahuan. Dengan harapan
bahwa dia akan memberikan pengetahuan (transfer of knowledge)
tersebut kepada dirinya. Dalam hal ini Ibnu Khaldun mengatakan: ”Lalu ia pun
berpulang pada orang yang telah dahulu memiliki ilmu, atau yang punya kelebihan
dalam suatu pengetahuan, yang menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siapa yang
mencarinya. Orang itu kemudian menerimanya dari mereka dan memberikan perhatian
penuh guna memperoleh serta mengetahuinya.

E.
Pandangan Ibnu Khaldun Tentang
Materi Pendidikan
Adapun pandangannya mengenai materi pendidikan,
karena materi adalah merupakan salah satu komponen operasional pendidikan, maka
dalam hal ini Ibnu Khaldun telah mengklasifikasikan ilmu pengetahuan yang
banyak dipelajari manusia pada waktu itu menjadi dua macam yaitu:


Setelah mengadakan penelitian, maka Ibnu Khaldun
membagi ilmu berdasarkan kepentingannya bagi anak didik menjadi empat macam,
yang masing-masing bagian diletakkan berdasarkan kegunaan dan prioritas
mempelajarinya. Empat macam pembagian itu adalah:




Menurut Ibnu Khaldun, kedua kelompok ilmu yang
pertama itu adalah merupakan ilmu pengetahuan yang dipelajari karena faidah
dari ilmu itu sendiri. Sedangkan kedua ilmu pengetahuan yang terakhir (ilmu
alat) adalah merupakan alat untuk mempelajari ilmu pengetahuan golongan
pertama.
Demikian pandangan Ibnu Khaldun tentang materi ilmu
pengetahuan yang menunjukkan keseimbangan antara ilmu syari’at (agama) dan ilmu
‘Aqliyah (filsafat). Meskipun dia meletakkan ilmu agama pada tempat yang
pertama, hal itu ditinjau dari segi kegunaannya bagi anak didik, karena
membantunya untuk hidup dengan seimbang namun dia juga meletakkan ilmu aqliyah
(filsafat) di tempat yang mulia sejajar dengan ilmu agama.
F.
Pandangan Ibnu Khaldun Tentang
Pembelajaran
Dalam
hubungannya dengan metode pembelajaran, pemikiran Ibnu Khaldun terlihat dari
beberapa hal berikut ini, diantaranya:








G.
Pandangan Ibnu Khaldun Tentang
Pendidik
Dalam
pandangannya tentang seorang pendidik Ibnu Khaldun memberikan beberapa
penjelasan, diantaranya adalah:




BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mengakhiri
tulisan tentang konsep pendidikan dalam pandangan Ibnu Khaldun ini ada beberapa
hal yang menurut penulis perlu mendapatkan perhatian. Yakni, bahwa sebagai
ilmuan yang juga sejarawan Ibnu Khaldun telah banyak turut mewarnai
pemikiran-pemikiran tentang pendidikan. Dia telah mencanangkan dasar-dasar dan
sistem pendidikan yang patut diteladani baik di masa lalu maupun masa sekarang.
Dari
segi metode, materi, maupun pendangannya tentang guru dan peserta didik yang
ditawarkan secara keseluruhan pantas untuk dikaji dan dicermati. Walaupun di
dalam menuangkan tentang pandangannya terhadap filsafat pendidikan Ibnu Khaldun
hanya mengemukakan secara garis besar, namun harus diakui bahwa sumbangannya
terhadap proses pendidikan cukuplah besar. Dia telah menyajikan
pandangan-pandangannya dalam bentuk orientasi umum, sehingga dia mengatakan
bahwa aktifitas pendidikan bukan semata-mata bersifat pemikiran dan perenungan,
akan tetapi ia merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis insani, dan
karenanya ia harus dinikmati oleh setiap makhluk sosial yang bernama manusia.
Karena orientasi pendidikan menurutnya adalah bagaimana bisa hidup
bermasyarakat.
Adapun
metode yang ditawarkan Ibnu Khaldun adalah bersifat intelektualitas, dengan
prinsip memberikan kemudahan-kemudahan bagi anak didik, demi terciptanya tujuan
pendidikan. Begitu juga sosok seorang guru adalah teladan yang patut ditiru,
yang mengerti akan kejiwaan peserta didiknya dan bisa menggunakan metode dengan
sebaik-baiknya. Karena menurutnya hakekat manusia itu adalah jiwanya, sehingga
jiwanyalah yang akan menentukan hakekat perbuatan-perbuatannya, termasuk
perbuatan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah, Beberapa
Pemikiran Pendidikan Islam, terjemah: Syamsudin Asyrofi, Yogyakarta: Titian
Ilahi Press. 1996.
Alavi, S. M. Ziauddin, Pemikiran
Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan, terjemah: Abuddin Nata,
Bandung: Angkasa. 2003.
Hasan, M. Tholhah, Dinamika Pemikiran
tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Lantabora Press. 2006.
Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun,
terjemah: Ahmadie Thoha, Jakarta: Pustaka Firdaus. 2011.
Nasr, Seyyed Hossein dan Oliver Leaman
(ed), History of Islamic Philosophy, London: Routledge. 1996.
Nata, Abudin Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: Logos. 1999.
______, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Gaya Media Pratama Jakarta. 2005.
Nurhamzah, Jurnal Pendidikan
Keagamaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati, Bandung:
Vol. XXIV, No. 1, April 2009.
Priatna, Tedi, Reaktualisasi
Paradigma Pendidikan Islam: Ikhtiar mewujudkan pendidikan bernilai Ilahiah dan
Insaniah di Indonesia (Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 2004.
Ridla, Muhammad Jawwad, Tiga Aliran
Utama Teori Pendidikan Perspektif Sosiologis Filosofis, terjemah: Mahmud Arif,
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 2002.
Sheikh, M. Seed, Studies in Muslim
Philoshophy, Delhi: Adam Publisher. 1994.
Sulaiman, Fathiyyah Hasan, Pandangan
Ibnu Khaldun Tentang Ilmu dan Pendidikan, terjemah: Herry Noer Ali
(Bandung: Diponegoro. 1987.
[1]
Tedi Priatna, Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam: Ikhtiar mewujudkan
pendidikan bernilai Ilahiah dan Insaniah di Indonesia (Bandung: Pustaka
Bani Quraisy. 2004), 27.
[2]
Abudin nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos. 1999), 171.
[3]
Abudin nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama
Jakarta. 2005), 221.
[4]
Fathiyyah Hasan Sulaiman, Pandangan Ibnu Khaldun Tentang Ilmu dan
Pendidikan, terjemah: Herry Noer Ali (Bandung: Diponegoro. 1987), 13.
[5]
Muhammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Perspektif
Sosiologis Filosofis, terjemah: Mahmud Arif (Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya. 2002), 173.
[6]
M. Tholhah hasan, Dinamika Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Lantabora
Press. 2006), 14.
[7]
M. Seed Sheikh, Studies in Muslim Philoshophy (Delhi: Adam Publisher.
1994), 185.
[8]
Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, terjemah: Ahmadie Thoha (Jakarta: Pustaka
Firdaus), 532.
[9]
Nurhamzah, Jurnal Pendidikan Keagamaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Gunung Djati (Bandung: Vol. XXIV, No. 1, April 2009) 15.
[10]
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, 543
[11]
S. M. Ziauddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan
Pertengahan, terjemah: Abuddin Nata (Bandung: Angkasa. 2003), 75-76.
[12]
Ibnu Kaldun, Muqaddimah,
537.
[13]
Ziauddin Alavi, Pemikiran Pendidikan, 75.
[14]
M. Tholhah hasan, Dinamika Pemikiran, 146-148.
BetMGM Casino PA - JamBase
ReplyDelete› casinos › mr-gamble- › casinos › mr-gamble- Nov 3, 2021 부산광역 출장마사지 — Nov 3, 나주 출장샵 2021 정읍 출장안마 This app is currently available to Pennsylvania residents. Download 경주 출장마사지 BetMGM Casino and enjoy it on your Android or iOS device absolutely free! Rating: 4.6 1,425 reviews 삼척 출장샵