BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia secara manusiawi yang
harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan zaman.1 Di samping itu pengertian pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun
2003 Tentang SISDIKNAS, yakni:
“usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara”.
Masyarakat berfungsi sebagai penerus budaya dari generasi ke generasii selanjutnya secara dinamis sesuai situasi dan
kondisi serta kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan interaksi sosial.
Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi.
Dibawah ini penulis akan memaparkan mengenai apa itu masyarakat,
pendidikan dan lingkungan sosial, pendidikan dan kebudayaan, pendidikan dan
perubahan sosial dan pendidikan sebagai daya pengubah dan pembaharuan
masyarakat. Seperti yang akan penulis paparkan di bawah ini. Hidup dalam masyarakat
berarti adanya
interaksi sosial dengan orang-orang disekitar dan demikian mengalami pengaruh
dan mempengaruhi orang lain.
Beberapa pengertian yang diberikan oleh
beberapa pakar sosiologi mengenai masyarakat antara lain:
À Masyarakat
merupakan jalinan
hubungan sosial dan selalu berubah. (Mac Iver dan Page)
À Masyarakat
adalah kesatuan hidup mahluk-mahluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat-istiadat
tertentu. (Koentjaraningrat)
À Masyarakat
adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. (Selo
Soemardjan dan Soelaiman)2
Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat
adalah suatu kesatuan hidup manusia dalam suatu kelompok yang memiliki suatu
sistem adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma yang dapat menghasilkan suatu
kebudayaan.
Dalam pengertian ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertama individu
itu dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam masyarakat primitif tidak ada
pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan
sosialnya dan harus menguasai sejumlah kekuatan yang dibutuhkan pada saatnya tanpa
adanya guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya. Juga dalam
masyarakat yang maju kebanyakan kebiasaan dan pola kelakuan yang pokok dalam
kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi informal.
Bahasa, kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh
melalui pendidikan tak formal.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka untuk memudahkan
pembahasan, kami buat rumusan masalah sebagai berikut:
À
Apakah
yang dimaksud dengan Pendidikan dan Masyarakat?
À
Menjelaskan
Pendidikan sebagai daya pengubah?
À
Menjelaskan
Pendidikan dan Pembaruan Masyarakat?
À
Menjelaskan
peran dan fungsi Pendidikan dalam Masyarakat?
C.
Tujuan
Pembahasan
Tujuan
pembahasan dalam makalah ini adalah agar mahasiswa/pembaca tahu tentang:
À
Pengertian
Pendidikan dan Masyarakat
À
Pendidikan
sebagai daya pengubah
À
Pendidikan
dan Pembaruan Masyarakat
À
Peran
dan fungsi Pendidikan dalam Masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan dan
Masyarakat
Secara
singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat,karena apabila kita sadari
arti pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka
seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan kekuatan masyarakat.
Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan
orang lain baik di rumah,sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya.
Wajar pula apabila segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan timbal
balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita.
Bagi
masyarakat sendiri hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan
proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya,
maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan,
keterampilandan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh
setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan
proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing periode jaman kepada
generasi muda melaluipendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan
demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi.
Selain
itu, dimensi sejarah juga berbicara serupa. Ratusan tahun silam pendidikan
berjalan beriringan dengan struktur dan kebutuhan sosial masyarakat setempat.
Bagi masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan maka para pemuda
memperoleh tranformasi pengetahuan lewat media komunikasi lisan yang berbentuk
dongeng, cerita-cerita dari orang tua mereka. Selain itu, pada siang hari
pemuda-pemuda ini harus selalu sigap dan tanggap mempelajari, mencermati dan
belajar mengaplikasikan teknik-teknik mencari nafkah yang dikembangkan oleh
para orang tua baik itu menangkap ikan, memanah, beternak, berburu dan
sebagainya[[1]].
Dalam cerita-cerita lisan itu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan
cara bersosialisas yang berkembang di masyarakatnya. Tidak mengherankan apabila
cerita yang sudah turun temurun diwariskan itu dianggap sebagai sesuatu yang
bernilai suci. Sejarah, adat istiadat
Tiga tipe dasar
pendidikan yang hadir di dalam kehidupan Masyarakat dunia[2],
yakni:
À Pertama
jenis pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikan yang dilaksanakan
untuk memberikan bekal keterampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat
diaplikasikan kepada bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenis pendidikan ini
dominan di dalam masyarakat yang masih sederhana baik itu berburu dan meramu,
nelayan atau juga masyarakat agraris awal.
À Pendidikan
kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan untuk mempertahankan
prestise, simbol serta hak-hak istimewa (privilige) kelompok elit dalam
masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada umumnya pendidikan ini
dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis dan sering diserahkan
kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini
secara luas telah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat agraris dan industri.
À Tipe
pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahan untuk melayani
kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan serta
berguna pula sebagai sarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan kepada
masyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya member penekanan pada ujian,
syarat kehadiran, peringkat dan derajat.
B.
Pendidikan
Sebagai daya Pengubah
Kecepatan perubahan
sosial dalam berbagai masyarakat berbeda-beda. Perubahan dalam masyarakat
terpencil berjalan lambat, akan tetapi bila dengan terbukanya komunikasi dan
transpormasi daerah itu berkenalan dengan dunia modern, maka masyarakat ini
akan berkembang dengan lebih cepat.
Ada aspek-aspek
kebudayaan seperti adat istiadat yang disampai-kan turun temurun dalam bentuk
aslinya, akan tetapi banyak pula adat kebiasaan yang mengalami perubahan,
terutama dalam masyarakat modern. Di samping itu terdapat perbedaan
kecepatan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Perubahan
mengenai benda-benda material seperti alat-alat, pakaian hasil industri
misalnya mobil, radio, TV dan sebagainya sangat cepat orang senantiasa mencari
barang yang paling modern dan paling baru. Barang-barang yang “Uit de Mode”
yang ke-tinggalan zaman segera ditukar dengan yang baru. Sebaliknya terdapat hambatan
dan tantangan yang keras terhadap perubahan dalam agama, adat-istiadat,
nilai-nilai, norma-norma, bentuk pemerintahan, filsafat hidup dan sebagainya.
Usaha untuk mencegah
perubahan tidak selalu mudah karena sering ada hubungan antara perubahan materil
dengan perubahan kultural. Dibukanya jalan raya ke daerah terpencil, terbukanya
desa bagi surat kabat, radio, TV dan film membawa perubahan dalam berbagai
aspek kebudayaan. Pola hubungan antara manusia seperti pergaulan antar anak
dengan orang tua, hubungan antar seks dan sebagainya sering mengalami perubahan
yang sukar dielakkan. Demikian pula pendidikan berfungsi di dalam dan terhadap
sistem sosial tempat sekolah itu berada.
Ada pun pendidik
yang menaruh kepercayaan yang besar sekali akan kekuasaan pendidikan dalam
membentuk masyarakat baru, karena itu setiap anak diharapkan memasuki sekolah
dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah dari pada
yang sudah-sudah. Sekolah dapat merekomendasi atau mengubah dan membentuk
kembali masyarakat baru. Apakah harapan itu akan terpenuhi dapat dipertanyakan.
Pihak yang berkauasa di suatu negara pada umumnya menggunakan sekolah untuk
mempertahankan dasar-dasar masyarakat yang ada. Perubahan yang asasi tak akan
terjadi tanpa persetujuan pihak yang berkuasa dan masyarakat.
Tak dapat
diharapkan, bahwa guru-gurulah akan mengambil inisiatif untuk mengadakan
reformasi, oleh sebab itu guru sendiri diangkat oleh pihak yang berkuasa
dan telah menerima norma-norma yang di-persyaratkan oleh atasannya. Perubahan
yang dapat diadakan hanya kecilan-kecilan saja di bawah pimpinan yang
berwenang. Sekolah tak dapat melepaskan diri dari masyarakat tempat ia berada,
dan kontrol pihak yang berkuasa. Sekolah hanya mengikuti perkembangan
masyarakat baru lepas dari proses perubahan sosial yang berlangsung dalam
masyarakat itu.Sistem
pendidikan adalah alat yang ampuh mengintrodusir generasi muda agar menciptakan
suatu masyarakat menurut keinginan mereka yang mengontrolnya. Perubahan
kekuasaan dalam suatu negara misalnya oleh golongan yang menganut ideologi lain
akan memanfaatkan sekolah sebagai alat untuk membangun masyarakat baru menurut
ideologi mereka. Untuk itu mereka selanjutnya harus cukup lama memegang
kekuasaan untuk mengindoktrinasi rakyat seluruhnya secara tuntas.
Dalam dunia yang
dimana tak dapat tidak setiap masyarakat akan mengalami perubahan, tidak turut
berubah dan mengikuti pertukaran zaman akan membahayakan eksistensi masyarakat
itu. Tiap pemerintahan akan mengadakan perubahan yang diinginkan demi kesejahteraan
rakyatnya dan keselamatan bangsa dan negaranya. Dalam pada itu diusahakan
adanya keseimbangan antara dinamika dengan stabilitas perubahan-perubahan itu
antara lain tercermin dalam perubahan dan pembaruan kurikulum dan sistem
pendidikan. Peralihan dari zaman kolonial ke zaman kemerdekaan memerlukan
berbagai perubahan kurikulum sampai sesuai dengan falsafah bangsa kita.
Kontrol
Eksternal dalam Pendidikan
Tak ada lembaga
pendidikan yang bebas dari kontrol eksternal, baik sekolah yang didiriokan oleh
pemerintah maupun swasta.
1.
Sumber Kontrol
Kontrol langsung di
sekolah bersumber pada kepala sekolah dan guru. Merekalah yang menentukan
kelakuan yang bagaimana yang diharapkan dari murid-murid. Bila anak-anak
melakukan pelanggaran guru dapat menggunakan otoritas untuk menindak
murid itu. Dalam hal guru menhadapi situasi yang tidak jelas dituangkan dalam
bentuk peraturan, ia harus berunding dengan kepala sekolah. Kepala sekolah dapat
mentransferkan kekuasaannya kepada bawahannya. Di sekolah kepala sekolah
mempunyai kekuasaan yang lebih besar dari pada guru akan tetapi ia juga
mempunyai tanggung jawab yang lebihbesaratas segala sesuatu yang terjadi di
sekolah.
2.
Tujuan Kontrol
Tujuan kontrol bermacam-macam, pada satu
pihak diinginkan perubahan, pembangunan perluasan mobilitas sosial. Di lain
pihak ada usaha untuk mkempertahankan status guru dan melestarikan norma-norma
budaya yang ada. Ada kemungkinan golongan tertentu, sering golongan atas yang
menginginkan perbaikan pendidikan tinggi, sedangkan golongan rendah
menginginkan perluasan pendidikan kejuruan bagi anaknya agar cepat mencari
nafkahnya sendiri. Ada pula kemungkinan golongan agama akan berusaha memasukkan
atau memperluas pendidikan agama.
Mereka yang merasa prihatin atas
kemerosotan moral generasi muda karena pengaruh narkoba, film seks dan kriminal
menginginkan diperkuatnya pendidikan moral atau pendidikan agama di sekolah.
3.
Alat Kontrol
Alat kontrol yang digunakan antara lain
: berupa syarat pemilihan dan pengangkatan guru, serta peraturan – peraturan
kepegawaian. Alat lain yang maupun adalah kurikulum sekolah sebagai usaha untuk
membentuk manusia sesuai dengan falsafat serta cita-cita bangsa dan negara.
Dalam kurikulum ditentukan apa yang diajarkan, bidang studi apa yang diberikan
dan disamping itu ditentukan pula buku pelajaran apa yang telah digunakan.
Mengontrol kurikulum serta buku pelajaran merupakan alat yang ampuh
untuk mengontrol pendidikan.
Kontrol eksternal itu biasanya diterima
dan disetujui oleh guru dan diinternalisasikan dalam sikap mereka lalu menjadi
norma yang dijadikan pegangan dalam kelakuan dan tindakan mereka sebagai
pengajar.
C.
Pendidikan dan
Pembaruan Masyarakat
Ada
para pendidik yang menaruh kepercayaan yang besar sekali akan kekuasaan
pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Oleh karena itu setiap anak
diharapkan memasuki sekolah dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat
yang lebih indah daripada yang sudah-sudah. Sekolah dapat merekonstruksi atau
mengubah dan membentuk kembali masyarakat baru. Apakah harapan itu akan
terpenuhi? Dapat dipertanyakan. Pihak yang berkuasa di suatu negara pada
umumnya menggunakan sekolah untuk mempertahankan dasar-dasar masyarakat yang
ada. Perubahan yang asasi tak akan terjadi tanpa persetujuan pihak yang
berkuasa dan masyarakat.
Sekolah
tak dapat melepaskan diri dari masyarakat tempat ia berada dan dari kontrol
pihak yang berkuasa. Sekolah hanya dapat mengikuti perkembangan dan perubahan
masyarakat dan tak mungkin mempelopori atau mendahuluinya. Jadi tidak ada
harapan sekolah dapat membangun masyarakat baru lepas dari proses perubahan
sosial yang berlangsung dalam masyarakat itu.
Belajar
dari pengalaman berbagai dunia, tentu saja sekolah dapat digunakan oleh yang
berkuasa untuk mengadakan perubahan- perubahan radikal yang diinginkan oleh
pihak yang berkuasa itu, seperti Hitler di Jerman, Partai Komunis di Uni
Soviet, Jepang di daerah jajahannya dan sebagainya. Sistem pendidikan adalah
alat yang ampuh untuk mengindoktrinasi generasi muda agar menciptakan suatu
masyarakat menurut keinginan mereka yang mengontrolnya. Perubahan kekuasaan
dalam suatu negara, misalnya oleh golongan yang menganut ideologi lain akan
memanfaatkan sekolah sebagai alat untuk membangun masyarakat baru menurut
ideologi mereka.
Dalam
dunia yang dinamis ini tanpa terkecuali setiap masyarakat akan mengalami
perubahan menuju pembaharuan. Tidak turut berubah dan mengikuti pertukaran
jaman akan membahayakan eksistensi masyarakat itu. Tiap pemerintahan akan
berusaha mengadakan perubahan yang diinginkan demi kesejahteraan rakyatnya dan
keselamatan bangsa dan negaranya. Dalam hal itu diusahakan adanya keseimbangan
antara dinamika dengan stabilitas. Perubahan-perubahan itu antara lain
tercermin dalam perubahan dan pembaharuan kurikulum dan sistem pendidikan.
Peralihan dari jaman ke jaman memerlukan berbagai perubahan kurikulum sesuai
dengan filsafat bangsa dan paradigma dominan yang dianut. Jadi, dengan kata lain,
perubahan menuju pembaharuan dalam pendidikan sangat kebijakan yang diambil
oleh negara.
D.
Peran dan Fungsi
Pendidikan dalam Masyarakat
Sebagian besar masyarakat modern
memandang lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai
tujuan sosial Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan anggaran
pendidikan yang diperlukan sceara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan
pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa
nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua,
kepada pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang
berlaku, jiwa patriotisme dan sebagainya. Pendidikan juga diharapkan untuk
memupuk rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan
dan pembangunan politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata
pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan
benar, sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional.
Berbicara tentang fungsi dan peranan
pendidikan dalam masyarakat ada bermacam-macam pendapat, di bawah ini disajikan
tiga pendapat tentang fungsi pendidikan dalam masyarakat.
Wuradji (1988)
menyatakan bahwa pendidikan sebagai lembaga konservatif mempunyai fungsi-fungsi
sebagai berikut[3]:
·
Fungsi
sosialisasi,
·
Fungsi
kontrol sosial,
·
Fungsi
pelestarian budaya Masyarakat,
·
Fungsi
latihan dan pengembangan tenaga kerja,
·
Fungsi
seleksi dan alokasi,
·
Fungsi
pendidikan dan perubahan sosial,
·
Fungsi
reproduksi budaya,
·
Fungsi
difusi kultural,
·
Fungsi
peningkatan sosial,
·
Fungsi
modifikasi sosial.
Jeane H.
Ballantine (1983) menyatakan bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat itu
sebagai berikut[4]:
·
fungsi
sosialisasi,
·
fungsi
seleksi, latihan dan alokasi,
·
fungsi
inovasi dan perubahan sosial,
·
fungsi
pengembangan pribadi dan social
Meta Spencer dan
Alec Inkeles (1982) menyatakan bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat itu
sebagai berikut:
·
memindahkan
nilai-nilai budaya.
·
nilai-nilai
pengajaran.
·
peningkatan
mobilitas social.
·
fungsi
stratifikasi.
·
latihan
jabatan.
·
mengembangkan
dan memantapkan hubungan hubungan social.
·
membentuk
semangat kebangsaan.
Dari tiga pendapat tersebut di atas,
tidak ada perbedaan tetapi saling melengkapi antara pendapat yang satu dengan
pendapat yang lain.
À
Fungsi
Sosialisasi.
Di dalam masyarakat pra industri, generasi baru belajar mengikuti pola perilaku generasi sebelumnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti sekarang ini. Pada masyarakat pra industri tersebut anak belajar dengan jalan mengikuti atau melibatkan diri dalam aktivitas orang-orang yang telah lebih dewasa. Anak-anak mengamati apa yang mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak-anak belajar dengan berbuat atau melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa. Untuk keperluan tersebut anak-anak belajar bahasa atau simbol-simbol yang berlaku pada generasi tua, menyesuai kan diri dengan nilai-nilai yang berlaku, mengikuti pandangannya dan memperoleh keterampilan-keterampilan tertentu yang semuanya diperoleh lewat budaya masyarakatnya. Di dalam situasi seperti itu semua orang dewasa adalah guru, tempat di mana anak-anak meniru, mengikuti dan berbuat seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang yang lebih dewasa. Mulai dari permulaan, anak-anak telah dibiasakan berbuat sebagaimana dilakukan oleh generasi yang lebih tua. Hal itu merupakan bagian dari perjuangan hidupnya. Segala sesuatu yang dipelajari adalah berguna dan berefek langsung bagi kehidupannya sehari-hari. Hal ini semua bisa terjadi oleh karena budaya yang berlaku di dalam masyarakat, di mana anak menjadi anggotanya, adalah bersifat stabil, tidak berubah dan waktu ke waktu, dan statis.
Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih kompleks dan memiliki diferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain, antara yang dianut oleh individu yang satu dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain masyarakat tersebut telah mengalami perubahan-perubahan sosial. Ketentuan-ketentuan untuk berubah ini sebagaimana telah disinggung di halaman-halaman situs web ini sebelumnya, mengakibatkan terjadinya setiap transmisi budaya dan satu generasi ke generasi berikutnya selalu menjumpai permasalahan-permasalahan. Di dalam suatu masyarakat sekolah telah melembaga demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya menciptakan/melahirkan nilai-nilai budaya baru (cultural reproduction).
À
Fungsi
kontrol sosial
Sekolah dalam menanamkan
nilai-nilai dan loyalitas terhadap tatanan tradisional masyarakat harus juga
berfungsi sebagai lembaga pelayanan sekolah untuk melakukan mekanisme kontrol
sosial. Durheim menjelaskan bahwa petididikan moral dapat dipergunakan untuk
menahan atau mengurangi sifat-sifat egoisme pada anak-anak menjadi pribadi yang
merupakan bagian masyarakat yang integral di mana anak harus memiliki kesadaran
dan tanggung jawab sosial[5]..
Melalui pendidikan semacam ini individu mengadopsi nilai-nilai sosial dan
melakukan interaksi nilai-niiai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari
Selanjutnya sebagai individu sebagai anggota masyarakat ia juga dituntut untuk
memberi dukungan dan berusaha untuk mempertahankan tatanan sosial yang berlaku.
Sekolah sebagai lembaga yang
berfungsi untuk mempertahankan dan mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta
kontrol sosial mempergunakan program-program asimilasi dan nilai-nilai subgrup
beraneka ragam, ke dalam nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi
pola anutan bagi sebagiai masyarakat.
Sekolah berfungsi untuk
mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup etnik yang beraneka ragam menjadi
satu pandangan yang dapat diterima seluruh etnik. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa sekolah berfungsi sebagai alat pemersatu dan segala aliran dan
pandangan hidup yang dianut oleh para siswa. Sebagai contoh sekolah di
Indonesia, sekolah harus menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh
bangsa dan negara Indonesia kepada anak-anak di sekolah.
À
Fungsi
pelestarian budaya masyarakat
Sekolah di samping mempunyai tugas
untuk mempersatu budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga harus
melestanikan nilai-nilai budaya daerah yang masih layak dipertahankan seperti
bahasa daerah, kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan
sumber daya lokal bagi kepentingan sekolah dan sebagainya.
Fungsi sekolah berkaitan dengan
konservasi nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi sekolah yaitu pertama
sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk mempertahankan
nilai-nilai tradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu daerah
tertentu umpama sekolah di Jawa Tengah, digunakan untuk mempertahankan
nilai-nilai budaya Jawa Tengah, sekolah di Jawa Barat untuk mempertahankan
nilai-nilai budaya Sunda, sekolah di Sumatera Barat untuk mempertahankan
nilai-nilai budaya Minangkabau dan sebagainya dan kedua sekolah mempunyai tugas
untuk mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai
yang ada yang beragam demi kepentingan nasional.
Untuk memenuhi dua tuntutan itu
maka perlu disusun kurikulum yang baku yang berlaku untuk semua daerah dan
kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan nilai-nilai daerah tertentu. Oleh
karena itu sekolah harus menanamkan nilai-nilai yang dapat menjadikan anak itu
menjadi yang mencintai daerahnya dan mencintai bangsa dan tanah airnya.
À
Fungsi
seleksi, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
Jika kita amati apa yang terjadi
dalam masyarakat dalam rangka menyiapkan tenaga kerja untuk suatu jabatan
tertentu, maka di sana akan terjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan, latihan untuk
suatu jabatan dan pengembangan tenaga kerja tertentu. Proses seleksi ini
terjadi di segala bidang baik mau masuk sekolah maupun mau masuk pada jabatan
tertentu. Untuk masuk sekolah tertentu harus mengikuti ujian tertentu, untuk
masuk suatu jabatan tertentu harus mengikuti testing kecakapan tertentu.
Sebagai contoh untuk dapat masuk pada suatu sekolah menengah tertentu harus
menyerahkan nllai EBTA Murni (NEM). Dan nilai NEM yang masuk dipilih nilai NEM
yang tinggi dari nilai tertentu sampai nilai yang terendah. Jika bukan nilai
yang menjadi persyaratan yang ketat tetapi biaya sekolah yang tak terjangkau
untuk masuk sekolah tertentu. Oleh karena itu anak yang nilainya rendah dan
ekonominya lemah tidak kebagian sekolah yang mutunya tinggi. Demikian pula
untuk memangku jabatan pada pekerjaan tertentu, mereka yang diharuskan mengikuti
seleksi dengan berbagai cara yang tujuannya untuk memperoleh tenaga kerja yang
cakap dan terampil sesuai dengan jabatan yang akan dipangkunya.
Sekolah sebagai lembaga yang
berfungsi untuk latihan dan pengembangan tenaga kerja mempunyai dua hal. Pertama
sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga kera profesional dalam bidang
spesialisasi tertentu. Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka untuk
menyiapkan tenaga ahli dan terampil dan berkemampuan yang tinggi dalam
bidangnya. Kedua dapat digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki
tanggung jawab terhadap kanier dan pekerjaan yang dipangkunya. Sekolah
mengajarkan bagaimanan menjadi seorang yang akan memangku jabatan tertentu,
patuh terhadap pimpinan, rasa tanggung jawab akan tugas, disiplin mengerjakan
tugas sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar
seseorang dapat menghargai harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia
sebagai manusia, dengan memperhatikan segala bakat yang dimilikinya demi
keberhasilan dalam tugasnya.
Sekolah mempunyai fungsi
pengajaran, latihan dan pendidikan. Fungsi pengajaran untuk menyiapkan tenaga
yang cakap dalam bidang keahlian yang ditekuninya. Fungsi latihan untuk
mendapatkan tenaga yang terampil sesuai dengan bidangnya, sedang fungsi
pendidikan untuk menyiapkan seorang pribadi yang baik untuk menjadi seorang
pekerja sesuai dengan bidangnya. Jadi fungsi pendidikan ini merupakan
pengembangan pribadi sosial.
À
Fungsi
Sekolah dalam Masyarakat
Sekolah sebagai partner masyarakat
akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan
masyarakat. Pengalarnan pada berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan,
tontonan serta aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi
fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan
terhadap perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan
lingkungan itu antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan,
penyediaan forum komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial lain dalam
masyarakat. Sebaliknya partisipasi sadar seseorang untuk selalu belajar dari
lingkungan masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh tugas-tugas belajar
serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah.
Fungsi sekolah sebagai
partner masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit banyaknya serta
fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan
sumber belajar dalam masyarakat seperti adanya orang-orang sumber,
perpustakaan, museum, surat kabar, majalah dan sebagainya dapat digunakan oleh
sekolah dalam menunaikan fungsi pendidikan.
Sebagai produser kebutuhan
pendidikan masyarakat sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional
di antara keduanya. Pertama, adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang
dimainkan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, ketepatan
sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga persekolahan akan
ditentukan pula o!eh kejelasan perumusan kontrak antara sekolah selaku pelayan
dengan masyarakat selaku pemesan. Ketiga, keberhasilan penunaian fungsi sekolah
sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan dipengaruhi oleh ikatan
objektif di antara keduanya.
BAB III
PENUTUP
A
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwa
masyarakat adalah suatu
kesatuan hidupm anusia dalam suatukelompok yang memiliki suatu sistem
adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma yang dapat menghasilkan suatu kebudayaan.
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan
kelakuan anak didik. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan sosial yang dapat
mempengaruhi kepribadian peserta didik itu sendiri. Selain itu hal yang juga
dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik adalah kebudayaan. Dari kebudayaan
dapat timbul berbagai pengaruh terutama dalam segi sosial.
Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat
berbeda-beda. Perubahan dalam masyarakat yang terpencil berjalan lambat, akan
tetapi bila dengan terbukanya komunikasi dan transportasi daerah itu berkenalan
dengan dunia modern, maka masyarakat ini akan berkembang dengan lebih cepat.
Dari beberapa uraian tersebut di atas
dapatlah diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
-
Pendidikan
berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan atau menstransmisi kebudayaan
-
Hubungan
pendidikan dengan perubahan punya keterkaitan karena dengan adanya perubahan
dalam pendidikan itu berarti bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
akan mengalami peningkatan. Akan tetapi tidak selamanya perubahan itu akan
diterima begitu saja.
-
Lembaga
pendidikan tidak akan bebas dari kontrol eksternal termasuk : sumber kontrol,
tujuan dan alat kontrol.
B. Saran
Semoga dengan makalah ini kita sebagai calon pendidik
nantinya dapat mengambil inti sari dari pembahasan diatas, agar kita dapat
memaknai hal-hal yang dapat mempengaruhi pendidikan. Agar nantinya kita dapat mengantisipasi hal-hal yang
nantinya bisa terjadi.
Daftar
Pustaka
Ary H Gunawan. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010
Sidi
Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1976)
Gordon
Marshall, A Dictionary of Sociology, (New York: Oxford University
Press, 1998).
Dalam:http://mbahduan.blogspot.com/2012/04/makalah-terbentuknya
masyarakat_01.html, diakses, 19
Juni 2012.
Tim Dosen FIP-IKIP Malang,
Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Usaha Nasional, Surabaya 1987
Abdullah Syukri Zarkasy, M.A, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Rajawali Press, Jakarta 2005
Belum ada tanggapan untuk "Pendidikan dan Masyarakat"
Post a Comment