BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
adalah salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia tanpa pendidikan
manusia tidak akn maju, pada dasarnya segalahal yang kita alami ini adalah ilmu
dan ilmu itu berdasar pendidikan.
Berdasarkan perkembangan jaman pendidikanpun berkembang dan sudut
pandang manusiapun maju terhadap ilmu pendidikan timbal balik dari semuanya itu
diantaranya banyak bermunculan alat-alat teknologi yang amat canggih sejalan
dengan semuanya itu kebudayaan dan jalan pikiran manusiapun berubah dan
akhirnya manusia jadi masarakat modern.
Salah satu ciri masyarakat modern
adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik (improvement oriented). Hal ini tentu saja
menyangkut berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Komponen yang
melekat pada pendidikan diantaranya
adalah kurikulum, guru dan siswa.
Dalam proses pembelajaran
keberadaan guru sangatlah urgen, karena
guru yang menentukan, apakah tujuan pembelajaran
tercapai atau tidak
Hasil studi menyebutkan bahwa meski
adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namum
pembelajaran dan pemahaman siswa di tingkat dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah
pada beberapa materi pelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.
Pembelajaran di tingkat sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah cenderung
text book oriented dan kurang
terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran konsep cenderung
abstrak dan dengan metode ceramah, sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa
atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang
memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan
pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai
akibat motivasi belajar siswa menjadi
sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis([i])
Menurut pendapat oleh Peter Sheal
(1989) sesuai dengan “Kerucut Pengalaman
Belajar” Dia menyatakan (hasil penelitian) bahwa peserta didik yang hanya
mengandalkan “penglihatan dan pendengaran” dalam proses pembelajarannya akan
memperoleh daya serap kurang dari 50%. Di sisi lain, dalam melaksanakan proses
belajar mengajar, kurang dari 20% guru yang menggunakan alat bantu
pembelajaran. Kurang dari 30% guru yang selalu mengkaitkan materi
dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga wajar apabila evaluasi hasil belajar
hasilnya belum seperti yang di harapkan.
Mencermati hal
tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi ataupun
gerakan perubahan mind set kearah
pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, Upaya-upaya guru dalam mengatur dan
memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam
keberhasilan siswa mencapai tujuan yang
direncanakan. Karena itu pemilihan dan mendesain model-model pembelajaran yang
efektip dan cara penerapan kepada anak didik dan semua itu dapat berguna dalam
mencapai iklim PAKEM ( Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan ) adalah tuntutan yang harus diupayakan
oleh guru. Berlatar masalah tersebut di atas, maka penulisan makalah
ini kami beri judul “Model-Model
Pembelajaran Yang Efektip Dan Penerapannya”
B. Rumusan Masalah
·
Apa yang
disebut model pembelajaran dan jenis jenisnya?
·
Model
Pembelajaran Efektif?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini agar kita dapat mengetahui :
·
Model-Model pembelajaran
·
penerapan dari
model pembelajaran
D. Metode Penulisan
Penulis mempergunakan metode kepustakaan dan gogling. Cara-cara yang digunakan pada penelitian ini adalah :
·
Studi Pustaka
Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan denga
penulisan makalah ini.
·
Googling
Dalam pencarian
materi makalah ini kami menggunakan jaringan internet mencari materi yang
berkaitan dengan hal atau materi yang akan kita kupas dalam makalah ini
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran Yang Efektif
Model-model
pembelajaran(teaching model) adalah Model belajar yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam pengajaran.
Model-model pembelajaran lajimnya
dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi
belajar.
Dalam
sebuah model mengajar biasanya terdapat tahapan-tahapan atau langkah langkah (syntax) yang
relatip teteap dan pasti untuk menyajikan materi pelajaran yang berurutan.
B. Example Non
Example
B.I Pengertian
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example
and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai
media pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang
menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan
mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang
disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat
menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai
apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example
ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan
digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan
menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah
seperti :
·
kemampuan berbahasa tulis dan lisan
·
kemampuan analisis ringan, dan
·
kemampuan berinteraksi dengan siswa
lainnya
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat
melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar
yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak
yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.
B.II Ciri-ciri
B.II Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada
siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada
umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di
luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu
sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk
mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan
siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan
non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk
mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
·
Example memberikan gambaran akan sesuatu
yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan
·
non-example memberikan gambaran akan
sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep
adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya
daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap
example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju
pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
B.III
Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara
lain:
·
Siswa berangkat dari satu definisi
yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih
mendalam dan lebih komplek.
·
Siswa terlibat dalam satu proses
discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara
progresif melalui pengalaman dari Example non Example
·
Siswa diberi sesuatu yang berlawanan
untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan
bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang
merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
·
Siswa lebih kritis dalam menganalisa
gambar.
·
Siswa mengetahui aplikasi dari materi
berupa contoh gambar.
·
Siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
·
Tidak semua materi dapat disajikan
dalam bentuk gambar.
·
Memakan waktu yang lama.
B.IV
Langkah-langkah :
·
Guru mempersiapkan gambar-gambar
sesuai dengan tujuan pembelajaran
·
Guru menempelkan gambar di papan atau
ditayangkan melalui OHP
·
Guru memberi petunjuk dan memberi
kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa
gambar
·
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang
siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada
kertas
·
Tiap kelompok diberi kesempatan
membacakan hasil diskusinya
·
Mulai dari komentar/hasil diskusi
siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
C. Model Pembelajaran Picture And
Picture
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model
Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembelajaran
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran([iii]).
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran([iii]).
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses
pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.
Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan
ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau
software yang lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
·
Setiap anggota kelompok (siswa)
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
·
Setiap anggota kelompok (siswa) harus
mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
·
Setiap anggota kelompok (siswa) harus
membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
·
Setiap anggota kelompok (siswa) akan
dikenai evaluasi.
·
Setiap anggota kelompok (siswa)
berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama
proses belajarnya.
·
Setiap anggota kelompok (siswa) akan
diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah
dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
·
Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
·
Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
·
Guru menunjukkan/memperlihatkan
gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
·
Guru menunjuk/memanggil siswa secara
bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
·
Guru menanyakan alasan/dasar
pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
·
Dari alasan/urutan gambar tersebut
guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
·
Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
Kelebihan:
Kelebihan:
·
Guru lebih mengetahui kemampuan
masing-masing siswa.
·
Melatih berpikir logis dan
sistematis.
·
Membantu siswa belajar berpikir
berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan
siswa dalam praktik berpikir
·
Mengembangkan motivasi untuk belajar
yang lebih baik.
·
Siswa dilibatkan daiam perencanaan
dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
·
Memakan banyak waktu
·
Banyak siswa yang pasif.
·
Guru khawatir bahwa akan terjadi
kekacauan dikelas.
·
Banyak siswa tidak senang apabila
disuruh bekerja sama dengan yang lain
·
Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat
dan biaya yang cukup memadai
D. Pembelajaran Berbasis Jasa-Layanan (Service Learning)
D.I Pengertian
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari
strategi pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning/ CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan
bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari([iv])
(konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel, sehingga dapat diterapkan dari
satu permasalahan atau konteks, ke permasalahan atau konteks lainnya.
Jadi dalam pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan mampu memahami
makna materi pelajaran yang diajarkan oleh guru, sehingga siswa memiliki
ketrampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata berkaitan dengan materi
yang diajarkan tersebut. Kehidupan nyata siswa tersebut berkaitan dengan
kehidupan sosialnya, kehidupan pribadinya maupun kehidupan budaya dari
lingkungan siswa tersebut.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni:
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment).
Jadi pembelajaran kontekstual menitikberatkan
pada suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual ini dapat kita
temui dalam pembelajaran berbasis jasa layanan, yakni menempatkan siswa di
dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi
yang sedang dipelajari.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
D.II
Ciri-ciri
Seperti yang telah kita ketahui di atas, bahwa pembelajaran berbasis jasa
layanan merupakan salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual. Oleh
karena itu, ciri-ciri pembelajaran berbasis jasa layanan harus sesuai dengan
cirri-ciri pembelajaran kontekstual. Cirri-ciri tersebut antara lain:
·
Melakukan hubungan yang bermakna
(making meaningful connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, berarti mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, berarti mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL
·
Melakukan kegiatan-kegiatan yang
berarti (doing significant works)
Pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
Pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
·
Belajar yang diatur sendiri (self-regulated
Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
·
Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
·
Berpikir kritis dan kreatif (critical
dan creative thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian serta ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian serta ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu
·
Mengasuh atau memelihara pribadi
siswa (nuturing the individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dan sebagainya. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dan sebagainya. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
·
Mencapai standar yang tinggi
(reaching high standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan dia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan dia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
·
Menggunakan penilaian yang autentik (using
authentic assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nayata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian standar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nayata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian standar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
Penjelasan-penjelasan di atas merupakan ciri-ciri
pembelajaran kontekstual, dari ciri-ciri tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa pembelajaran berbasis jasa layanan mengandung ciri bahwa:
·
Melakukan hubungan yang bermakna, hal
ini diwujudkan dengan kerjasama kelompok yang dilakukan dalam menyelesaikan
tugas terstruktur.
·
Bekerja sama guna penerapan praktis
dari pengetahuan yang baru diketahui siswa.
·
Melakukan kegiatan-kegiatan yang
berarti melalui kegiata yang beranfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam
masyarkat( jasa layanan yang berkaitan dengan tugas terstruktur).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu
struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi
menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis.
Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari
pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi
kebutuhan dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan
lainnya([v])
Model
pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan
gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini
memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model Pembelajaran
ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar
ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran([vi]).
B. Saran
Sebagai
saran, dalam proses belajar mengajar diperlukan model pembelajaran yang tepat.
karna dengan model pembelajaran, pendidikanpun hususnya kegiatan mengajar akan
berjalan dengan lancar dan apa yang di inginkan dalam pengajaran.akan tercapai
sesuai dengan apa yang diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-picture-and-picture.htmlhttp://simba-corp.blogspot.com/2012/03/model-model-pembelajaran.html
Muhibbin syah,m.ed.(2007) PsikologiPendidikan Dengan Pendekatan
Baru.cetakan 13,bandung
Belum ada tanggapan untuk "perencanaan pembelajaran(model belajar yg efektif)"
Post a Comment