Dowload Lengkap nya Klik Disini
BAB I
PENDAHULUAN
A.1.
LATAR
BELAKANG
Dalam
ilmu manajemen, motivasi bukanlah hal yang tabu untuk di bicarakan. Seorang
manajer harus memberikan motivasi kepada bawahannya dengan hal-hal yang
tertentu jika ingin organisasi yang diembannya menghasilkan sesuatu yang
menjadi harapannya. Sebelum bagian pengembangan organisasi di laksanakan,
motivasi harus di laksanakan terlebih dahulu oleh manajer. Mengapa demikian?
Karena para manejer tidak dapat mengarahkan para bawahannya kecuali jika mereka
di motivasi untuk bersedia mengikutinya.
Salah
satu aspek memanfaatkan pegawai ialah pemberian motivasi (daya perangsang)
kepada pegawai, dengan istilah populer sekarang pemberian kegairahan bekerja
kepada pegawai. Telah dibatasi bahwa memanfaatkan pegawai yang memberi manfaat
kepada perusahaan. Ini juga berarti bahwa setiap pegawai yang memberi
kemungkinan bermanfaat ke dalam perusahaan, diusahakan oleh pimimpin agar
kemungkinan itu menjadi kenyataan. Usaha untuk merealisasi kemungkinan tersebut
ialah dengan jalan memberikan motivasi. Motivasi ini dimaksudkan untuk
memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai
tersebut bekerja dengan segala daya dan upayanya (Manulang , 2002).
Motivasi
berasal dari motive atau dengan prakata bahasa latinnya, yaitu movere, yang
berarti “mengerahkan”. Seperti yang dikatakan Liang Gie dalam bukunya Martoyo
(2000) motive atau dorongan adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal
seseorang melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi,
yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan
produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang
tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep
motivasi, merupakan sebuah konsep penting studi tentang kinerja individual. Dengan
demikian motivasi atau motivation berarti pemberian motiv, penimbulan motiv
atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.
Dapat juga dikatakan bahwa motivation adalah faktor yang mendorong orang untuk
bertindak dengan cara tertentu (Martoyo , 2000).
BAB II
ISI
B.1.
Pengertian
Motivasi
Pengertian
motivasi dan definisi dalam organisasi berkisar pada dimensi subyektif, ada di
dalam diri setiap individu, yang mendorong lahirnya aktivitas. Motivasi
merupakan pendorong utama perilaku seseorang dalam suatu pekerjaan. Seorang
pekerja menjadi rajin atau tidak rajin, kreatif atau tidak kreatif, dapat
ditelusuri lewat motivasi yang ada di dalam dirinya. Perhatian serius pada
masalah motivasi membuat pimpinan di suatu organisasi dalam memanfaatkan
motivasi di dalam diri tiap pekerja untuk mencapai tujuan perusahaan.
Berikut
beberapa pengertian dari motivasi menurut beberapa ahli:
1.
Ellen A. Benowitz
Motivasi
adalah “kekuatan yang menyebabkan individu bertindak dengan cara tertentu.
Orang punya motivasi tinggi akan lebih giat bekerja, sementara yang rendah akan
sebaliknya.”
2.
John R. Schemerhorn,
et.al. mendefinisikan motivasi sebagai “mengacu pada pendorong di dalam diri
individu yang berpengaruh atas tingkat, arah, dan gigihnya upaya seseorang
dalam pekerjaannya.”
3.
Laurie J. Mullins
mendefinisikan motivasi sebagai “arahan dan kegigihan tindakan.”
4.
Martin Covington,
motivasi adalah alasan. “... deals with the why of behavior: Why for
example, do individuals choose to work on certain tasks and not on others: why
do they exhibit more or less energy in the pursuit of these tasks and why do
some people persist until the task is completed, whereas others give up before
they really starts, or in some cases pursue more elegant solutions long after
perfectly sensible answers have presented theselves.”
5.
Jere E. Brophy. Menurut
Brophy, motivasi adalah “ ... a theoretical construct used to explain the
initiation, direction, intensity, persistence, and quality of behavior,
especially goal-directed behavior. Motives are hypotetical constructs used to
explain why people are doing what they are doing.”
6.
Brophy, motivasi perlu
dibedakan dengan tujuan maupun strategi. Ia memberi contoh, respon seseorang
atas lapar (motivasi) adalah dengan pergi ke restoran (strategi) untuk
mendapatkan makanan (tujuan). Hal yang senada dengan Brophy juga diujar oleh
Donna Walker Tileston bahwa “... motivation relates to the drive to do
something. Motives are usually construed as relatively general needs or desires
that energize people to initiate purposeful action sequences.
B.2.
Tujuan
Motivasi
Menurut
Martoyo (2000) motivasi kinerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau
semangat kerja. Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (1999) motivasi adalah suatu
faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan
tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor
pendorong perilaku seseorang. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang
manusia pasti memiliki sesuatu faktor yang mendorong perbuatan tersebut.
Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat penting bagi tinggi rendahnya
produktivitas perusahaan. Tanpa adanya motivasi dari para karyawan atau pekerja
untuk bekerja sama bagi kepentingan perusahaan maka tujuan yang telah
ditetapkan tidak akan tercapai. Sebaliknya apabila terdapat motivasi yang besar
dari para karyawan maka hal tersebut merupakan suatu jaminan atas keberhasilan
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Motivasi
atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja bersama demi tercapainya
tujuan bersama ini terdapat dua macam, yaitu:
a. Motivasi
finansial, yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial
kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut insentif.
b. Motivasi
nonfinansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial/
uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan
manusia dan lain sebagainya (Gitosudarmo dan Mulyono , 1999). Adapun contohnya sebagai berikut:
-
Meningkatkan efektifitas manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan
dan berkomunikasi dengan para bawahannya
-
Menjadikan para staf/karyawan
bersemangat dalam menjalankan
pekerjaannya
-
Mencapai kepuasan hasil pekerjaan dengan ke-efisiensian waktu namun
meningkatkan jumlah produksi
-
Meningkatkan pelaksanaan kegiatan dalam suatu perusahaan
B.3.
Teori
Motivasi
Teori
motivasi dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teori kepuasan (content
theory) dan teori proses (process theory). Teori ini dikenal dengan nama konsep
Higiene, yang mana cakupannya adalah:
1. Isi Pekerjaan.
Hal
ini berkaitan langsung dengan sifat-sifat dari suatu pekerjaan yang dimiliki
oleh tenaga kerja yang isinya meliputi
Prestasi,
upaya dari pekerjaan atau karyawan sebagai aset jangka panjang dalam
menghasilkan sesuatu yang positif di dalam pekerjaannya, pengakuan, pekerjaan itu
sendiri, tanggung jawab, pengembangan potensi individu.
2.
Faktor Higienis.
Suatu
motivasi yang dapat diwujudkan seperti halnya : gaji dan upah, kondisi kerja,
kebijakan dan administrasi perusahaan, hubungan antara pribadi, kualitas
supervisi. Pada teori tersebut bahwa
perencanaan pekerjaan bagi karyawan haruslah menunjukkan keseimbangan antara
dua faktor.
·
Teori
Motivasi Kepuasan
Teori
yang didasarkan pada kebutuhan insan dan kepuasannya. Maka dapat dicari
faktor-faktor pendorong dan penghambatnya. Pada teori kepuasan ini didukung
juga oleh para pakar seperti Taylor yang mana teorinya dikenal sebagai Teori
Motivasi Klasik. Teori secara garis besar berbicara bahwa motivasi kerja hanya
dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan kerja baik secara biologis maupun
psikologis. Yaitu bagaimana mempertahankan hidupnya. Selain itu juga Teori
Hirarki Kebutuhan (Need Hirarchi) dari Abraham Maslow yang menyatakan bahwa
motivasi kerja ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan kerja baik
secara biologis maupun psikologis, baik yang berupa materi maupun non-materi.
Secara garis besar tersebut teori jenjang kebutuhan dari Maslow dari yang
rendah ke yang paling tinggi yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah merasa
puas, karena kepuasannya bersifat sangat relatif maka disusunlah hirarki
kebutuhan seperti hasrat menyususn dari yang teruraikan sebagai berikut:
a.
Kebutuhan pokok manusia
sehari-hari misalnya kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan
kebutuhan fisik lainnya (physical need). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan
tingkat terendah, apabila sudah terpenuhi maka diikuti oleh hirarki kebutuhan
yang lainnya.
b.
Kebutuhan untuk memperoleh
keselamatan, keselamatan, keamanan, jaminan atau perlindungan dari yang
membayangkan kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala aspeknya (safety
need).
c.
Kebutuhan untuk disukai
dan menyukai, disenangi dan menyenangi, dicintai dan mencintai, kebutuhan untuk
bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, menjadi anggota
kelompok pergaulan yang lebih besar (esteem needs).
d.
Kebutuhan untuk
memperoleh kebanggaan, keagungan, kekaguman, dan kemasyuran sebagai seorang
yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang
luar biasa (the need for self actualization). Kebutuhan tersebut sering
terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari melalui bentuk sikap dan prilaku
bagaimana menjalankan aktivitas kehidupannya (Zainun , 1997).
e.
Kebutuhan untuk
memperoleh kehormatan, pujian, penghargaan, dan pengakuan (esteem need).
·
Teori
Motivasi Proses
Teori
ini berusaha agar setiap pekerja giat sesuai dengan harapan organisasi
perusahaan. Daya penggeraknya adalah harapan akan diperoleh si pekerja.
Dalam
hal ini teori motivasi proses yang dikenal seperti :
1.
Teori Harapan
(Expectancy Theory), komponennya adalah: Harapan, Nilai (Value), dan Pertautan
(Instrumentality).
2.
Teori Keadilan (Equity
Theory), hal ini didasarkan tindakan keadilan diseluruh lapisan serta obyektif
di dalam lingkungan perusahaannya.
3.
Teori Pengukuhan
(Reinfocement Theory), hal ini didasarkan pada hubungan sebab-akibat dari
pelaku dengan pemberian kompensasi.
4.
Teori Motivasi Prestasi
(Achievement Motivation) dari McClelland
Teori
ini menyatakan bahwa seorang pekerja memiliki energi potensial yang dapat
dimanfaatkan tergantung pada dorongan motivasi, situasi, dan peluang yang ada.
Kebutuhan pekerja yang dapat memotivasi gairah kerja adalah :
-
Kebutuhan akan prestasi
dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar,
bergulat untuk sukses.
-
Kebutuhan akan
kekuasaan : kebutuhan untuk membuat orang berprilaku dalam suatu cara yang
orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berprilaku demikian.
-
Kebutuhan akan afiliasi
: hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan karib (Robbins , 1996)
Adapula
teori lain dari motivasi yang diungkapkan oleh Mc. Gregor, yaitu:
·
Teori
X dan Y
Teori
ini didasarkan pada asumsi-asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat
dibedakan atas manusia penganut teori X dan mana yang menganut teori Y.
Pada
asumsi teori X menandai kondisi dengan hal-hal seperti karyawan rata-rata malas
bekerja, karyawan tidak berambisi untuk mencapai prestasi yang optimal dan
selalu menghindar dari tanggung jawab, karyawan lebih suka dibimbing,
diperintah dan diawasi, karyawan lebih mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan
pada asumsi teori Y menggambarkan suatu kondisi seperti karyawan rata-rata
rajin bekerja. Pekerjaan tidak perlu dihindari dan dipaksakan, bahkan banyak
karyawan tidak betah karena tidak ada yang dikerjakan, dapat memikul tanggung
jawab, berambisi untuk maju dalam mencapai prestasi, karyawan berusaha untuk
mencapai sasaran organisasi (Robbins dalam bukunya Umar, 2000).
Dalam
hal ini motivasi dan kemampuan karyawan merupakan salah satu aspek atau faktor
yang dapat meningkatkan sinergik (synergistic effect). Maka pembinaan terhadap
sumber daya manusia tidak pada penyelenggaraan latihan (training) saja, tetapi
juga didukung dengan pengembangan atau pembinaan selanjutnya
(development).Menurut Mitchell (dalam Winardi , 2000) tujuan dari motivasi
adalah memperediksi perilaku perlu ditekankan perbedaan-perbedaan antara
motivasi, perilaku dan kinerja (performa). Motivasilah penyebab perilaku; andai
kata perilaku tersebut efektif, maka akibatnya adalah berupa kinerja tinggi.
B.4.
Prestasi Kerja
1. Pengertian Prestasi
Kerja
Faktor
kritis yang berkaitan dengan keberhasilan jangka panjang organisasi adalah
kemampuan mengukur baik karyawan-karyawannya berkarya dan menggunakan
informasi. Prestasi kerja yang didapatkan oleh para pekerja organisasi
perusahaan merupakan suatu harapan yang mutlak, dan tidaklah mudah untuk
mendapatkannya karena banyak kriteria-kriteria serta usaha yang keras yang akan
dijalani atau dilalui oleh para pekerja tersebut. Motivasi karyawan untuk bekerja,
mengembangkan kemampuan pribadi, dan meningkatkan kemampuan dimasa mendatang
dipengaruhi oleh umpan balik mengenai kinerja masa lalu dan pengembangan
kinerja yang akan datang.
Orang-orang
yang termotivasi untuk berprestasi, memiliki tiga macam ciri umum sebagai
berikut:
a.
Sebuah preferensi untuk
mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat.
b.
Orang-orang yang
berprestasi tinggi juga menyukai situasi-situasi dimana kinerja mereka timbul
karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain seperti
misalnya kemanjuran.
c.
Mengidentifikasikan mereka yang berprestasi
tinggi, adalah bahwa mereka menginginkan lebih banyak umpan balik tentang
keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi
rendah.
2. Penilaian Prestasi
Kerja
Penilaian
prestasi kerja pada dasarnya merupakan pengukuran yang sistematik terhadap
penampilan kerja karyawan itu sendiri dan terhadap taraf potensi karyawan dalam
upayanya mengembangkan diri untuk kepentingan perusahaan/ organisasi. Menurut
(Martoyo , 2000) penilaian prestasi kerja adalah proses melalui mana
organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.
Apabila penilaian prestasi kerja tersebut dilaksanakan dengan baik tertib dan
benar, maka akan dapat membantu meningkatkan motivasi kerja dan sekaligus juga
meningkatkan loyalitas organisasi organisasional dari para karyawan. Penilaian
prestasi kerja (Perpormance Apprasial) ini pada dasarnya merupakan salah satu
faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien.
Pembinaan
dan pengembangan terhadap para karyawan adalah salah satu kegiatan dalam rangka
menyesuiakan diri dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi, baik bagi
para karyawan lama maupun bagi karyawan yang baru. Dalam melaksanakan pembinaan
dan pengembangan karier para karyawan, maka perlu dilakukan penilaian
pelaksanaan pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh para karyawan. Menurut
(Soeprihanto , 1998) penilaian prestasi kerja adalah suatu sistem yang
digunakan untuk menilai dan mengetahui sejauh mana seorang karyawan telah
melaksanakan perkerjaannya masing-masing secara keseluruhan.
3. Tujuan Penilaian
Prestasi Kerja
Prestasi
kerja tersebut sangat erat hubungannya dengan masalah latihan dan pengembangan,
perencanaan karier/ kenaikan pangkat maupun masalah pengupahan. Oleh karena itu
informasi secara rutin tentang prestasi kerja seorang karyawan sangat penting
untuk turut serta menentukan kebijaksanaan dibidang personalia.
Secara terperinci, tujuan penilaian prestasi
kerja adalah sebagai berikut:
a.
Mengetahui keadaan
keterampilan dan kemampuan setiap karyawan secara rutin.
b.
Untuk digunakan sebagai
dasar perencanaan bidang personalia, khususnya penyempurnaan kondisi kerja,
peningkatan mutu dan hasil kerja.
c.
Dapat digunakan sebagai
dasar pengembangan dan pemberdayagunaan karyawan seoptimal mungkin; sehingga
antara lain dapat diarahkan jenjang kariernya atau perencanaan karier, kenaikan
pangkat dan kenaikan jabatan.
d.
Mendorong terciptanya
hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan bawahan.
e.
Mengetahui kondisi
perusahaan secara keseluruhan dari bidang personalia, khususnya prestasi kerja
dalam bekerja.
4. Elemen-elemen Pokok
Sistem Prestasi Kerja
Peranan Dari
Faktor-faktor Motivasi Dalam Penciptaan Kualitas Kerja
Mulai
dari adanya manusia di muka bumi, motivasi tersebut sudah ada bertumbuh secara
beriringan dengan pertumbuhannya (selama manusia hidup). Keterkaitan dengan
para pekerja dan organisasi, pada masa sekarang ini motivasi tersebut sudah
menjadi suatu hal yang sudah tidak asing lagi, dan karenanya menjadi perhatian
dari para manajer dalam hal mengelola sumber daya manusia yang dijadikan aset
penting bagi organisasi. Salah satu faktor yang dirasakan sangat penting di
dalam penentuan keberhasilan serta kelangsungan hidup organisasi adalah tingkat
kemampuan dan keterampilan dari para pekerjanya.
Tetapi
secara kenyataannya tidak semua karyawan yang memiliki kriteria tersebut sesuai
dengan harapannya dan juga terdapatnya pekerja yang memiliki kemampuan dan
keterampilan yang tinggi, tetapi tidak memiliki semangat kerja yang tinggi,
maka dengan demikian organisasi tersebut belum menciptakan kualitas kerja yang
baik atau prestasi kerja yang sesuai dengan harapannya.
Secara
garis besar semua organisasi memiliki kepentingan serta tujuan yang
berbeda-beda sama seperti yang dimiliki oleh organisasi. Maka perhatian dari
para manajer organisasi atau perusahaan sangat diperlukan guna meningkatkan
kualitas kerja sumber daya manusia yang dimiliki, agar dapat mencapai tujuan
dan dapat bersaing.
Disamping itu juga terdapat beberapa hal yang
dapat dijadikan alat pemotivasian karyawan atau pekerja sehingga mereka dapat
terdorong dan semangat dalam melaksanakan pekerjaannya diantaranya adalah:
-
Melibatkan atau
mengikutsertakan dengan maksud mengajak karyawan untuk berprestasi secara
efektif dalam proses operasi dan produksi organisasi.
-
Komunikasi, yaitu
melakukan penginformasian secara jelas terhadap tujuan yang ingin dicapai,
cara-cara pencapaian dan kendala yang sekiranya akan dihadapi.
-
Pengakuan, yang pada
dasarnya berupa pemberian penghargaan dan pengakuan yang tepat dan wajar kepada
karyawan atas prestasi kerja yang dicapai.
-
Wewenang pendelegasian, yaitu berkaitan dengan
pendelegasian sebagai wewenang dan kebebasan untuk mengambil keputusan serta
kreatifitas karyawan.
-
Perhatian timbal balik,
yaitu berkaitan dengan pengungkapan atas harapan dan keinginan pemilik atau
pemimpin dan pengelola organisasi pada karyawan serta memahami, memperhatikan
dan berusaha memenuhi kebutuhan karyawannya.
Karena
melibatkan individu dan organisasi, maka hal tersebut merupakan suatu kerumitan
dalam memotivasi pekerja untuk dapat bekerja sesuai dengan harapan. Hal ini
mengingatkan bahwa terdapatnya faktor-faktor yang bersumber dari karyawan
seperti kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, sikap, dan kemampuan. Sedangkan
faktor-faktor yang bersumber dari organisasi itu sendiri seperti, pembayaran
atau gaji, keamanan pekerja, hubungan sesama pekerja, pengawasan,
pujian-pujian, dan pekerjaan itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
C.1.
KESIMPULAN
Motivasi
adalah suatu kegiatan seseorang yang dalam hal ini seorang manajer yang dapat
mengakibatkan perubahan pada diri manusia (karyawan) menjadi lebih baik
prestasinya. Dengan motivasi yang baik maka para karyawan akan merasa senang
dan bersemangat dalam bekerja sehingga mengakibatkan perkembangan dan
partumbuhan yang signifikan pada diri organisasi yang di pegang oleh manejer
tersebut. Motivasi di laksanakan bukan dari manejer saja, tetapi juga dari diri
sendiri yang mana motivasi tersebut diartikan sebagai keadaan dalam diri pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna mencapai tujuan yang di harapkan.
Motivasi
atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja bersama demi tercapainya
tujuan bersama ini terdapat dua macam, yaitu:
a. Motivasi finansial, yaitu dorongan yang
dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut
sering disebut insentif.
b. Motivasi nonfinansial, yaitu dorongan yang
diwujudkan tidak dalam bentuk finansial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal
seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagainya
(Gitosudarmo dan Mulyono , 1999). Adapun
contohnya sebagai berikut:
-
Meningkatkan efektifitas manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan
dan berkomunikasi dengan para bawahannya
-
Menjadikan para staf/karyawan
bersemangat dalam menjalankan
pekerjaannya
-
Mencapai kepuasan hasil pekerjaan dengan ke-efisiensian waktu namun
meningkatkan jumlah produksi
-
Meningkatkan pelaksanaan kegiatan dalam suatu perusahaan
Kita
ketahui bahwasanya ada 3 teori yang menjelaskan tentang motivasi, yaitu:
a.
Teori motivasi kepuasan
b.
Teori motivasi proses
c.
Teori X dan Y
Oleh
karena itu kita harus mengetahui bahwa faktor-faktor yang bersumber dari
karyawan seperti kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, sikap, dan kemampuan.
Sedangkan faktor-faktor yang bersumber dari organisasi itu sendiri seperti,
pembayaran atau gaji, keamanan pekerja, hubungan sesama pekerja, pengawasan,
pujian-pujian, dan pekerjaan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins,
S., dan Timothy A. J., 2008, “Perilaku Organisasi, Organizational Behaviour”,
Buku
Terjemahan, Jakarta : Gramedia.
Jere
E. Brophy, Motivating Student to Learn, (New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates,
Inc,
2004) p. 4
Ellen
A. Benowitz, Principles of Management
(New York: Hungry Minds,
2001).Benowitz,
p.127.
Laurie
J. Mullins, Management and Organisational Behavior, 7th Edition, (Essex:
Pearson
Education
Limited, 2005) p.471.
Belum ada tanggapan untuk "Motivasi"
Post a Comment