BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan sistem
pendidikan yang berkualitas. Sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan sistem
pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang handal, pemerintah
telah melakukan berbagai upaya dan salah satunya adalah meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar para siswa di setiap jenjang dan tingkat satuan
pendidikan perlu diwujudkan agar diperoleh kualitas sumber daya manusia yang
dapat menunjang pembangunan nasional. Upaya tersebut menjadi tugas dan tanggung
jawab semua tenaga pendidikan. Demikian halnya dalam pembelajaran di sekolah, untuk
memperoleh hasil yang optimal dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa
yang ada didalam kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam
sumber belajar yang diperlukan. Sungguhpun demikian dalam menelusuri dan
mendayagunakan aneka ragam sumber tersebut, maka peran guru sangat menentukan,
sebab gurulah yang langsung dalam membina para siswa di sekolah melalui proses
belajar mengajar.
Oleh sebab itu upaya meningkatkan kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan para guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengajar.
Oleh sebab itu upaya meningkatkan kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan para guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengajar.
Salah
satu upaya yang dimaksud adalah penggunaan media pengajaran dalam proses
pembelajaran. Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembelajaran. Melalui media proses pembelajaran bisa lebih menarik dan
menyenangkan. misalnya siswa yang memiliki ketertarikan terhadap warna maka
dapat diberikan media dengan warna yang menarik. Begitu juga halnya dengan
siswa yang senang berkreasi selalu ingin menciptakan bentuk atau objek yang diinginkannya,
siswa tersebut dapat diberikan media yang sesuai, seperti plastisin, media
balok bangun ruang, atau diberikan media gambar lengkap dengan catnya. Dengan
menggunakan media berteknologi seperti halnya komputer, amat membantu siswa
dalam belajar, seperti belajar berhitung, membaca dan memperkaya pengetahuan.
Penggunaan
media pengajaran dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar para siswa. Aspek penting
lainnya penggunaan media adalah membantu memperjelas pesan pembelajaran.
Informasi yang disampaikan secara lisan terkadang tidak dipahami sepenuhnya
oleh siswa, terlebih apabila guru kurang cakap dalam menjelaskan materi.
Disinilah peran media, sebagai alat bantu memperjelas pesan pembelajaran. Oleh
karena itu, dalam memenuhi harapan tersebut diperlukan kreativitas dan
keterampilan guru dalam membuat, memilih, menggunakan media yang dapat
mempengaruhi proses dan kualitas pembelajaran. Selain itu, salah satu faktor
penting keberhasilan penggunaan media, tidak terlepas dari bagaimana media itu
direncanakan dengan baik.
Media
merupakan alat atau perantara untuk memudahkan seseorang memberikan pesan
kepada orang lain. Jika kata media, dikaitkan dengan pendidikan maka media
tersebut bermakna alat atau perantara yang digunakan untuk memudahkan
pendidikan baik dalam hal proses belajar, mengajar, dan belajar mengajar. Media
pendidikan berkembang dari dulu hingga sekarang mengikuti keadaan zaman. Banyak
media pendidikan yang dapat dijadikan alat untuk memudahkan pendidikan, dimulai
dari yang sederhana sampai dengan yang bersifat modern.
Beragamnya
media pendidikan berarti menunjukkan berkembangnya penggunaan media. Seiring
dengan perkembangannya, maka penggunaannya pun sangat beragam. Dimulai dari
yang klasik seperti media berbasis manusia yang menjadikan manusia langsung
sebagai media, maupun media yang modern seperti media yang berbasis komputer
yang menjadikan komputer sebagai alat untuk menyampaikan pendidikan. Dibawah
ini adalah pembahasan mengenai macam-macam media pendidikan dan cara
menggunakannya.
Melalui
makalah ini mencoba menjelaskan media pembelajaran baik yang berkenaan dengan
penggunaannya dalam proses pembelajaran maupun pembuatannya sepanjang
dimungkinkan oleh guru.
Mengingat
luasnya cakupan masalah seperti yang dijelaskan pada latar belakang di atas,
maka penulis membatasi fokus pembahasan makalah ini hanya pada: “Kreativitas
guru menggunakan media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran”
B.
Latar Balakang
Dalam
rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran terhadap siswa, di pandang
perlu untuk memahami perlunya menerapkan konsep dasar kreativitas guru dalam
menggunakan media. Adapun alternatif yang bisa digunakan sebagaimana kondisi
dan permasalahan hasil belajar dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana
kreativitas guru menggunakan media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran”.
C.
Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, secara umum tujuan penulisan makalah ini untuk
memberikan gambaran kreativitas guru menggunakan media untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Sedangkan tujuan khusus dari penulisan makalah ini untuk
memberikan gambaran bagaimana kreativitas guru dalam merencanakan, membuat,
memilih dan menggunakan media sehingga mempengaruhi proses pembelajaran serta
dapat mempertinggi kualitas pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas hasil belajar para siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Kreativitas Guru
Dari
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran, nampaknya
faktor guru perlu mendapat perhatian yang pertama dan utama, disamping
kurikulumnya, karena baik buruknya suatu kurikulum (pembelajaran) pada akhirnya
bergantung pada aktivitas dan kreativitas guru dalam menjabarkan dan merealisasikan
kurikulum tersebut. Pembelajaran yang efektif ditandai oleh sifatnya yang
menekankan pada pemberdayaan sumber belajar dan peserta didik secara aktif.
Pembelajaran bukan sekedar memorasi dan recall, bukan sekedar penekanan pada
penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan (logos), tetapi lebih
menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan
fungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktekkan dalam kehidupan
oleh peserta didik ( Mulyasa, 2006:149).
Pembelajaran
efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi peserta didik.
Lebih dari itu, pembelajaran yang efektif menekankan pada bagaimana agar
peserta didik mampu belajar cara belajar (learning how to learn). Melalui
kreativitas guru, pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktivitas yang
menyenangkan. Proses aktivitas belajar mengajar yang menyenangkan tentunya
tidak tercipta begitu saja, akan tetapi pengelolaannya dirancang oleh guru
dengan merancang fasilitas belajar (media), sehingga aktivitas belajar siswa
menjadi dipermudah dan mendorong proses belajar siswa.
Kreativitas
bisa dikembangkan dengan penciptaan proses pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya. Selanjutnya Mulyasa (2008:51)
menyatakan bahwa “kreativitas merupakan hal yang penting dalam pembelajaran,
dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas
tersebut.” Sedangkan Muhadjir (2003:157) menyatakan “kemampuan kreatif merupakan
kemampuan guru untuk menampilkan tata hubungan unik atau hubungan baru non
konvensional yang bermakna antara sejumlah sesuatu.” Salah satu bentuk yang
perlu ditunjukkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran yaitu memanfatkan
berbagai sumber belajar dan media pembelajaran agar mempertinggi hasil belajar
yang dicapai. Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan
merupakan ciri aspek dunia kehidupan sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh
adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak
dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Menurut
Mulyasa (2006:128), secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik,
yang memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya,
antara lain dengan teknik kerja kelompok kecil, penugasan dan mensponsori
pelaksanaan proyek. Selain itu menilai, menghargai peserta didik berpikir
kreatif, memberanikan peserta didik untuk memanipulasi benda-benda (obyek) dan
ide-ide, menciptakan kondisi yang diperlukan untuk berpikir kreatif,
menyediakan sumber untuk menyusun gagasan dan ide-ide, mengembangkan
keterampilan untuk memberikan kritik yang membangun dan lain sebagainya.
Sejalan dengan itu, Nana Syaodih S. (2004:181), menyatakan berpikir kreatif
adalah “kebiasaan berpikir yang bersifat menggali, menghidupkan imaginasi,
intuisi, menumbuhkan potensi-potensi baru, membuka pandangan yang menimbulkan
kekaguman, merangsang pikiran-pikiran yang tidak terduga.”
Sebagai
orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal
dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh
kesadaran itu. Guru sendiri adalah seorang kreator dan motivator, yang berada
di pusat proses pendidikan khususnya dalam pembelajaran. Akibat dari fungsi
ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan nilainya bahwa memang
kreatif dan tidak melakukan sesuatu yang rutin saja. Kreativitas menunjukkan
bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah
dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan dimasa mendatang lebih baik dari
sekarang.
B.
Manfaat Media Pembelajaran
Media
pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada
gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Menurut
Nana Sudjana (2007:2-3), ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat
mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat
media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:
a. Pengajaran
akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan
pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para
siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
c. Metode
mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
d. Siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian
dari guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
Contoh sederhana, guru akan mengajarkan masalah kepadatan penduduk sebuah kota. Ia menggunakan berbagai media pengajaran antara lain gambar atau foto suatu kota yang padat penduduknya dengan segala permasalahannya. Gambar dan foto tersebut akan lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan cerita guru tentang padatnya penduduk kota tersebut. Alasan kedua, mengapa penggunaan media dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti taraf perkembangan dimulai dari berpikir kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan (Nana Sudjana, 2007:3).
Contoh sederhana, guru akan mengajarkan masalah kepadatan penduduk sebuah kota. Ia menggunakan berbagai media pengajaran antara lain gambar atau foto suatu kota yang padat penduduknya dengan segala permasalahannya. Gambar dan foto tersebut akan lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan cerita guru tentang padatnya penduduk kota tersebut. Alasan kedua, mengapa penggunaan media dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti taraf perkembangan dimulai dari berpikir kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan (Nana Sudjana, 2007:3).
Sedangkan
Kemp dan Dayton (1985) dalam Wina Sanjaya (2008:210-211), menyatakan media
memiliki kontribusi yang sangat penting terhadap proses pembelajaran,
diantaranya, yaitu:
a. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.
a. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.
b. Pembelajaran
dapat lebih menarik
c. Pembelajaran
dapat lebih interaktif
d. Waktu
pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
e. Kualitas
pembelajaran dapat ditingkatkan
f. Proses
pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan di mana pun diperlukan
g. Sikap
positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat
ditingkatkan
h. Peran
guru berubah kearah yang positif, artinya guru tidak menempatkan diri sebagai
satu-satunya sumber belajar.
Dalam
kaitannya dengan fungsi media pembelajaran, dapat ditekankan beberapa hal
berikut ini:
a. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
a. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
b. Media
pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran.
Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai salah satu
komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen
lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
c. Media
pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang ingin
dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Fungsi ini mengandung makna bahwa
penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan
bahan ajar.
d. Media
pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak
diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing
perhatian siswa semata.
e. Media
pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Fungsi ini
mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan
dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.
f. Media
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.
Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran akan
tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.
g. Media
pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena
itu dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.
Selain
fungsi sebagaimana disebutkan di atas, media pembelajaran ini juga memiliki nilai
dan manfaat sebagai berikut:
1. Membuat
konkrit konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat
abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung kepada siswa bisa dikonkretkanatau
disederhanakan melalui pemanfaatan media pembelajaran. Misalnya untuk
menjelaskan tentang sistem peredaraan darah manusia, arus listrik, berhembusnya
angin, dan sebagainya bias menggunakan media gambar atau bingkai sederhana.
2. Menghadirkan
objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan
belajar. Misalnya guru menjelaskan dengan menggunakan gambar atau program
televisi tentang binatang-binatang buas seperti harimau dan beruang, atau
hewan- hewan lainnya seperti gajah, jerapah, dinosaurus, dan sebagainya.
3. Menampilkan
objek yang terlalu besar atau kecil. Misalnya guru akan menyampaikan gambaran
mengenai sebuah kapal laut, pesawat udara, pasar, candi, dsb. Atau menampilkan
objek-objek yang terlalu kecil seperti bakteri, virus, semut, nyamuk, atau
hewan/benda kecil lainnya.
4 Memperlihatkan
gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Dengan menggunakan teknik gerakan
lambat (slow motion) dalam media film bisa memperlihatkan tentang lintasan
peluru, melesetnya anak panah, atau memperlihatkan suatu ledakan. Demikian juga
gerakan- gerakan yang terlalu lambat seperti pertumbuhan kecambah, mekarnya
bunga wijaya kusumah dan lain-lain.
C. Penggunaan Media Pembelajaran
Siswa memiliki berbagai keunikan dan keragaman dalam
menangkap informasi atau materi pelajaran yang diberikan oleh guru di dalam
kegiatan pembelajaran. Menurut Rusman (2008:83) ada tiga tipe interest siswa
kaitanya dengan penerimaan informasi atau materi yang diberikan oleh guru.
Pertama, Auditif, yaitu siswa yang senang mendengarkan penjelasan dari guru. Untuk
tipe ini tanpa mengggunakan media pembelajaran pun siswa tersebut dapat
menangkap informasi atau materi pelajaran yang disampaikan guru. Kedua, Visual,
tipe ini siswa lebih senang melihat ketimbang mendengarkan. Untuk tipe siswa
ini akan berakibat kurang optimal penyerapan informasi atau materi pelajaran
bila guru hanya menggunakan verbal simbol atau ucapan saja. Penggunaan media
pembelajaran adalah solusi yang tepat untuk tipe visual ini. Ketiga,
Kinestestik, yaitu siswa yang senangnya melakukan (learning to do), tentunya
dengan tipe ini menggunakan media pembelajaran akan dapat membantu keterserapan
materi pelajaran yang diberikan guru. Jadi bila guru telah mengajar hanya
menggunakan verbal simbol atau one way communication, ini belumlah optimal dalam
mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain penjelasan tersebut, secara umum
media mempunyai kegunaan, yaitu:
1. Memperjelas
pesan agar tidak terlalu verbalistis
2. Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra.
3. Menimbulkan
gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dengan sumber belajar.
4. Memungkinkan
siswa belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan
kinestetiknya.
5. Memberi
rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang
sama.
Hasil penelitian BAVA di Amerika menegaskan
bahwa bila seorang guru atau tenaga pendidik yang mengajar hanya menggunakan
verbal simbol materi yang terserap hanya 13 % saja dan itupun tidak akan
bertahan lama, sementara yang menggunakan multimedia bisa mencapai 64 sampai 84
% dan bertahan lebih lama. Hal ini bahwa media sangat besar pengaruhnya dalam
peningkatan kualitas pembelajaran. Sejalan dengan itu, menurut Wina Sanjaya
(2008:209), penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga
perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Oleh karena
itu media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang
ingin dicapai dalam isi pembelajaran itu sendiri. Pendapat ini dipertegas oleh
Oemar Hamalik (1994:99), bahwa media pembelajaran sangat penting penggunaannya
dalam semua situasi pengajaran, berdasarkan asumsi bahwa media pembelajararan
memiliki fungsi yang penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa/mahasiswa,
dan hasil belajar itu tak mungkin meningkat tanpa penggunaan media pembelajaran
yang relevan.
Menurut Nana Sudjana (2007:4), ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pengajaran untuk
mempertinggi kualitas pengajaran. Pertama, guru perlu memiliki pemahaman media
pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pengajaran, kriteria memilih dan
menggunakan media pengajaran, menggunakan media sebagai alat bantu mengajar dan
tindak lanjut penggunaan media dalam proses belajar siswa. Kedua, guru trampil
membuat media pengajaran sederhana untuk keperluan pengajaran, terutama media
dua dimensi atau media grafis, dan beberapa media tiga dimensi, dan media
proyeksi. Ketiga, pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan
penggunaan media dalam proses pengajaran. Menilai keefektifan media pengajaran
penting bagi guru agar ia bisa menentukan apakah penggunaan media mutlak
diperlukan atau tidak selalu diperlukan dalam pengajaran sehubungan dengan
prestasi belajar yang dicapai siswa.
D. Sistematika Perencanaan Media
Pembelajaran
Keberhasilan penggunaan media, tidak terlepas dari bagaimana
media itu direncanakan. Media yang dapat mengubah perilaku siswa (behavior
change) dan meningkatkan hasil belajar siswa tertentu, tidak dapat berlangsung
secara spontanitas, namun diperlukan analisis yang komprehensif dengan
memperhatikan berbagai aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.
Aspek-aspek tersebut, diantaranya tujuan, kondisi siswa, fasilitas pendukung,
waktu yang tersedia dan kemampuan guru dalam menggunakannya dengan tepat.
Apabila guru mampu merancang media dengan baik sehingga pada akhirnya akan
mampu meningkatkan mutu pembelajaran.
1. Hakikat
perencanaan media
Dilihat
dari pengadaannya media dapat menggunakan yang sudah ada yang dibuat oleh pihak
tertentu (produsen media) dan kita dapat langsung menggunakannya, begitu juga
media yang sifatnya alamiah yang tersedia dilingkungan sekolah juga termasuk
yang dapat langsung digunakan. Selain itu, kita juga dapat membuat media sendiri
sesuai dengan kebutuhan. Disinilah diperlukannya perencanaan, jika kita
memiliki media dengan cara membeli yang sudah ada, kegiatan perencanaan media
tidak terlalu banyak dilakukan, cukup dengan mencocokan materi yang akan
diajarkan dengan media yang tersedia. Berbeda halnya jika kita membuat media
sendiri berdasarkan kebutuhan, dalam hal ini diperlukan analisis terhadap
berbagai aspek, sehingga sesuai dengan kebutuhan. Bila kita akan membuat
program media pembelajaran kita diharapkan dapat melakukannya dengan persiapan
dan perencanaan yang teliti. Dalam membuat perencanaan itu ada beberapa
pertanyaan yang perlu kita jawab.
Pertama
kita perlu bertanya mengapa kita ingin membuat program media itu? Apakah
pembuatan media tersebut ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran tertentu
untuk mencapai tujuan tertenu pula? Untuk siapakah program media tersebut kita
buat? Untuk orang dewasakah, anak-anak, mahasiwakah, siswa Sekolah Dasarkah
atau masyarakat pada umumnya? Kalau kita sudah mengetahui siapa sasaran kita,
pertanyaan kita belum selesai, masih perlu ditanyakan bagaimana karakteristik
sasaran siswa tersebut? Betulkah media yang kita buat tersebut betul-betul
dibutuhkan oleh mereka? Perubahan perilaku apa yang diharapkan akan terjadi
pada diri siswa setelah menggunakan media tersebut? Sebaliknya jika siswa tidak
menggunakan media tersebut apakah akan terjadi kerugian secara intelektual?
Kita perlu juga, memikirkan materi apa yang perlu disajikan melalui media itu
supaya pada diri siswa terjadi perubahan perilaku yang nyata sesuai harapan. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut tidak hanya menjadi pemikiran dan ide-ide semata, namun harus ditindak
lanjuti dengan cara menuliskannya sehingga akan terwujud sebuah dokumen
perencanaan media. Jadi hakikat perencanaan tidak cukup dengan niat dan ide
cemerlang dalam membuat media, namun perlu dipersiapkan dalam bentuk naskah
perencanaan media.
2. Langkah-langkah
perancangan media
Untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran
yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran. Demikian juga keberhasilan
penggunaan media, tidak terlepas dari bagaimana media itu direncanakan. Secara
umum ada beberapa langkah-langkah dalam merencanakan media, yang dapat
diperinci sebagai berikut:
a. identifikasi
kebutuhan dan karakteristik siswa
b. perumusan
tujuan instruksional (instructional objective)
c. perumusan
butir-butir materi yang terperinci
d. mengembangkan
alat pengukur keberhasilan
e. menuliskan
naskah media
f. merumuskan
instrumen dan tes serta alat ukur.
Langkah-langkah tersebut secara
singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Identifikasi
kebutuhan dan karekateristik siswa.
Sebuah
perencanaan media harus didasarkan kebutuhan (need). Menurut Wina Sanjaya
(2008:91) menganalisis kebutuhan merupakan salah satu kegiatan yang penting
dalam mendesain pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tujuan desain yang
dikembangkan untuk membantu menyelesaikan kebutuhan belajar untuk siswa. Salah
satu indikator adanya kebutuhan karena di dalamnya terdapat kesenjangan (gap).
Kesenjangan adalah adanya ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya atau apa
yang diharapkan dengan apa yang terjadi.
Dalam
pembelajaran yang dimaksud dengan kebutuhan adalah adanya kesenjangan antara
kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan,
keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. Adanya kebutuhan,
seyogyanya menjadi dasar dan pijakan dalam membuat media pembelajaran, sebab
dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat berfungsi dengan baik. Kebutuhan
akan media dapat didasarkan atas kebutuhan kurikulum, yang diharapkan dapat
memiliki sejumlah kemampuan, keterampilan dan sikap yang telah dirumuskan dalam
kurikulum. Media yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan kemampuan yang
dimiliki siswa. Misalnya seorang siswa yang ingin belajar ucapan dan percakapan
dalam bahasa Inggris melalui kaset audio, hanya akan dapat mengikutinya jika
siswa tersebut telah memiliki kemampuan awal berupa penguasaan kosa kata dan
dapat menyusun kalimat sederhana. Jika kita tidak memperhatikan kemampuan
tersebut ketika diberikan media tersebut siswa akan mengalami kesulitan.
2. Perumusan
tujuan
Tujuan
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan karena dengan tujuan akan
mempengaruhi arah dan tindakan kita. Dengan tujuan itu pulalah kita dapat
mengetahui apakah target sudah dapat tercapai atau tidak. Tujuan harus
dirumuskan dengan jelas dan spesifik. Dalam pembelajaran tujuan juga merupakan
salah satu faktor penting, karena tujuan itu akan menjadi arah kepada siswa
untuk melakukan perilaku yang diharapkan dengan tujuan tersebut.
Menurut Wina Sanjaya (2008:121) tujuan merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa. Menurutnya, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang program pembelajaran. Perumusan tujuan tersebut yang didalamnya termasuk media yang digunakan. Perumusan tujuan itu, baik guru maupun siswa memiliki kejelasan apa yang harus dicapai, apa yang harus dilakukan dalam mewujudkan tujuan tersebut, materi apa yang harus disiapkan oleh guru, dan bagaimana menyampaikannya, sudah tergambar dengan jelas. Tujuan yang baik, yaitu yang jelas, terukur, dan operasional. Oleh karena itu, dalam melakukan proses pembelajaran menurut Vernon S. Gerlach and Donald P.Ely (1980) menjelaskan, “guru terlebih dahulu menentukan tujuan pembelajaran berdasarkan isi atau materi pembelajara.” Menentukan perilaku siswa, memilih pendekatan dan teknik sesuai tujuan pembelajaran dan alat ukur yang digunakan setiap kelompok dengan teknik tertentu. Perlu mempertimbangkan media pembelajaran yang ada, memilih media sesuai dengan kebutuhan yang diajarkan. Mengetahui sumber belajar yang digunakan dan ketersediaan bahan pengajaran yang bisa digunakan oleh siswa.
Menurut Wina Sanjaya (2008:121) tujuan merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa. Menurutnya, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang program pembelajaran. Perumusan tujuan tersebut yang didalamnya termasuk media yang digunakan. Perumusan tujuan itu, baik guru maupun siswa memiliki kejelasan apa yang harus dicapai, apa yang harus dilakukan dalam mewujudkan tujuan tersebut, materi apa yang harus disiapkan oleh guru, dan bagaimana menyampaikannya, sudah tergambar dengan jelas. Tujuan yang baik, yaitu yang jelas, terukur, dan operasional. Oleh karena itu, dalam melakukan proses pembelajaran menurut Vernon S. Gerlach and Donald P.Ely (1980) menjelaskan, “guru terlebih dahulu menentukan tujuan pembelajaran berdasarkan isi atau materi pembelajara.” Menentukan perilaku siswa, memilih pendekatan dan teknik sesuai tujuan pembelajaran dan alat ukur yang digunakan setiap kelompok dengan teknik tertentu. Perlu mempertimbangkan media pembelajaran yang ada, memilih media sesuai dengan kebutuhan yang diajarkan. Mengetahui sumber belajar yang digunakan dan ketersediaan bahan pengajaran yang bisa digunakan oleh siswa.
3. Perumusan
materi
Titik
tolak perumusan materi pembelajaran adalah dari rumusan tujuan. Materi
berkaitan dengan substansi isi pelajaran yang harus diberikan. Materi disusun
dengan memperhatikan kriteria tertentu, diantaranya:
a. sahih
atau valid
yaitu
materi yang dituangkan dalam media untuk pembelajaran benar-benar telah teruji
kebenarannya dan kesahihannya
b. tingkat
kepentingan (significant)
yaitu
dalam memilih materi perlu dipertimbangkan sejauhmana materi tersebut penting
untuk dipelajari, penting bagi siswa dan benar-benar dibutuhkan.
c. kebermanfaatan
(utility)
yaitu
kebermanfaatan secara akademis dan kebermanfaatan dari segi non akademis.
Secara akademis harus bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan siswa, sedangkan
non akademis materi harus menjadi bekal berupa life skill baik berupa
pengetahuan aplikasi, keterampilan dan sikap yang dibutuhkannya dalam kehidupan
sehari-hari
d. learnability
yaitu
sebuah program harus dimunginkan untuk dipelajari, baik dari segi aspek tingkat
kesulitannya, bahan ajar tersebut layak digunakan sesuai dengan kebutuhan
setempat;
e. menarik
minat (interest)
yaitu
materi yang dipilih harus menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk
mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus
menimbulkan keingintahuan lebih lanjut, sehingga memunculkan dorongan lebih
tinggi untuk belajar secara aktif dan mandiri.
Begitu halnya dengan materi sebuah program media, kriteria materi yang diuraikan tersebut berlaku pula untuk materi pada media. Sebuah program media di dalamnya haruslah berisi materi yang harus dikuasai oleh siswa.
Begitu halnya dengan materi sebuah program media, kriteria materi yang diuraikan tersebut berlaku pula untuk materi pada media. Sebuah program media di dalamnya haruslah berisi materi yang harus dikuasai oleh siswa.
4. Perumusan alat ukur keberhasilan
Pembelajaran
yang kita lakukan haruslah diukur apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai
atau tidak. Untuk mengukur hal tersebut, maka diperlukan alat pengukur hasil
belajar yang berupa tes, penugasan atau daftar cek perilaku. Alat pengukur
keberhasilan belajar ini perlu dikembangkan dengan berpijak pada tujuan yang
telah dirumuskan dan harus sesuai dengan materi yang telah dipersiapkan. Yang
perlu diukur adalah tiga kemapuan utama yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik yang telah dirumuskan secara rinci dalam tujuan.
5. Menuliskan
naskah media
Istilah
ini juga digunakan untuk membuat media cetak, seperti halnya buku, koran,
majalah dan lain sebagainya. Namun demikian secara umum naskah dalam
perencanaan program media dapat diartikan sebagai pedoman tertulis yang berisi
informasi dalam bentuk visual, grafis, dan audio sebagai acuan pembuatan media
tertentu, sesuai dengan tujuan dan kompetensi tertentu. Secara sederhana naskah
juga dapat berupa gambaran umum media atau juga otline media yang akan dibuat.
Dengan demikian pembuatan media diawali dengan ide atau gagasan. Menghasilkan
media yang bagus diperlukan kreativitas dan ide cemerlang. Contohnya seorang
programmer pembuatan media pembelajaran berbantuan komputer, dalam program
media tersebut mengacu pada naskah. Oleh karena itu, diperlukan pemikiran
kira-kira ide seperti apa yang menarik namun tetap memiliki substansi materi
yang jelas.
E. Kriteria Memilih Media Pembelajaran
Sebelum
menjelaskan kriteria dalam memilih sebuah media pembelajaran, maka perlu
dijelaskan ada beberapa jenis media pengajaran menurut Nana Sudjana (2007:3-4).
Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster,
kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua
dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga
dimensi yaitu dalam bentuk model padat (solid model), model penampang, model
susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi
seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat,
penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.
Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi media dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pembelajaran. Oleh sebab itu penggunaan media sebagaimana dijelaskan sebelumnya sangat bergantung kepada tujuan pembelajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi media dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pembelajaran. Oleh sebab itu penggunaan media sebagaimana dijelaskan sebelumnya sangat bergantung kepada tujuan pembelajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Sehubungan
dengan penggunaan media yang telah disebutkan di atas, menurut Hubbard (1983)
mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya, yaitu antara lain biaya,
ketersediaan fasilitas pendukung, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan,
kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan,
kerumitan, dan kegunaan. Sedangkan lebih lanjut Ruman (2008:86-87), menjelaskan
ada beberapa kriteria pemilihan media pembelajaran, yaitu:
a. Ketepatannya
dengan tujuan/kompetensi pembelajaran; artinya media pembelajaran dipilih atas
dasar tujuan-tujuan instruksional atau kompetensi yang telah ditetapkan.
b. Dukungan
terhadap isi materi pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta,
prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih
mudah dipahami siswa.
c. Kemudahan
mendapat media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya
mudah dibuat oleh guru pada saat menggajar.
d. Keterampilan
guru menggunakannya; artinya secanggih apapun sebuah media apabila tidak tahu
cara menggunakannya maka media tersebut tidak memiliki apa-apa.
e. Tersedia
alokasi waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat
bagi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Memilih
media pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir dan perkembangan siswa,
sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami dan mudah dimengerti
oleh para siswa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian tersebut, ada
beberapa point yang dapat disimpulkan yang berhubungan dengan kreativitas guru
menggunakan media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, di antaranya:
1. Berhasil
atau tidaknya suatu kurikulum (pembelajaran) pada akhirnya bergantung pada
aktivitas dan kreativitas guru dalam menjabarkan dan merealisasikan kurikulum
tersebut.
2. Kreativitas
seorang guru merupakan hal yang penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut
untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.
3. Penggunaan
media pengajaran dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar para siswa. Aspek penting
lainnya penggunaan media adalah membantu memperjelas pesan pembelajaran.
4. Secara
umum media mempunyai kegunaan, yaitu:
a. memperjelas
pesan agar tidak terlalu verbalistis
b. mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra
c. menimbulkan
gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dengan sumber belajar
d. memungkinkan
siswa belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan
kinestetiknya
e. memberi
rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang
sama.
5. Ada
beberapa langkah-langkah dalam merencanakan media, yang dapat diperinci sebagai
berikut:
a. identifikasi
kebutuhan dan karekateristik siswa
b. perumusan
tujuan instruksional (instructional objective
c. perumusan
butir-butir materi yang terperinci
d. mengembangkan
alat pengukur keberhasilan
e. menuliskan
naskah media
f. merumuskan
instrumen dan tes serta alat ukur.
6. Dalam
memilih media pembelajaran harus memiliki beberapa kriteria, yaitu:
ketepatannya dengan tujuan/kompetensi pembelajaran, dukungan terhadap isi
materi pelajaran, kemudahan mendapat media, keterampilan guru menggunakannya,
tersedia alokasi waktu untuk menggunakannya, dan memilih media pembelajaran
harus sesuai dengan taraf berfikir dan perkembangan siswa.
B. Saran
Ada beberapa saran yang perlu
diperhatikan terutama oleh seorang guru dalam melakukan pembelajaran atau
menyampaikan materi ajar kepada peserta didik, yaitu:
1. Melalui
kreativitas guru, pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktivitas yang
menyenangkan. Proses aktivitas pembelajaran yang menyenangkan tentunya tidak
tercipta begitu saja, akan tetapi pengelolaannya dirancang oleh guru dengan
merancang fasilitas belajar (media), agar aktivitas belajar siswa menjadi
dipermudah dan mendorong proses belajar siswa.
2. Guru
selalu mengembangkan kreativitas, keterampilan membuat dan merancang serta mengoperasikan
media pembelajaran.
3. Media
bukan digunakan untuk mempermudah guru mengajar, tetapi media untuk mempermudah
siswa belajar ( membelajarkan siswa), sehingga dapat mempertinggi proses
belajar siswa.
4. Guru
perlu memahami betapa pentingnya penggunaan media dalam pembelajaran karena
media pembelajaran dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar para siswa dan media
pembelajaran dapat membantu memperjelas pesan pembelajaran.
5. Media
pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang ingin
dicapai dalam isi pembelajaran itu sendiri.
6. Memilih
media pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir, perkembangan, dan
karakteristik siswa sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami
dan mudah dimengerti oleh para siswa.
7. Guru
senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta
didik, sehingga apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari
yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan dimasa mendatang lebih
baik dari sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Arief S. Sudirman dkk. (2003), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Arsyad
Azhar (2000), Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyasa
(2006), Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementas.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa
(2008), Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana
Sudjana (2007), Media Pengajaran. Bandung: Sinar baru Algensindo.
Nana
Syaodih S. (2004), Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan
Kusuma Karya.
Noeng
Muhadjir (2003), Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori pendidikan Pelaku
Sosial Kreatif. Yogyakarta:Rake Sarasin.
Oemar
Hamalik (1994), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran: Dasar dan Strategi
Pelaksanaan di Perguruan Tinggi. Bandung: Trigenda Karya.
Rusman
(2008), Manajemen Kurikulum. Bandung: SPS UPI.
Wina
Sanjaya (2008), Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana, Prenada
Media Group.
Wina
Sanjaya (2008), Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, Prenada Media
Group.
Vernon S. Gerlach and Donald P.Ely (1980) Teaching and Media: A Systematic Approach: Prentice-Hall, Inc.
Vernon S. Gerlach and Donald P.Ely (1980) Teaching and Media: A Systematic Approach: Prentice-Hall, Inc.
http://putrawapulaka.blogspot.com/2010/02/makalah.html
Belum ada tanggapan untuk "Kreativitas guru menggunakan media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran"
Post a Comment