Konversi Agama

Dowload Lengkap nya Klik Disini
BAB I
PENDAHULUAN

A.          Pendahuluan

Manusia hidup di dunia tidak lepas dari masalah kehidupan. Ada yang bahagia, maupun menderita, dan ada yang miskin dan adapula yang kaya. Dari perbedaan masalah tersebut terkadang menyebabkan seseorang mengalami kegoncangan batin, bahkan terkadang merasa putus asa. Untuk itu manusia akan mencoba atau berusaha untuk mencari pegangan atau ide baru, dimana disitu dia bisa merasakan ketenangan jiwa.

Konversi agama secara umum dapat diartikan dengan berubah agama ataupun masuk agama. Konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindakan agama. Lebih jelas dan lebih tegas lagi, konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba ke arah mendapat hidayah Allah secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal. Dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.


Dari definisi tersebut dapat dibayangkan betapa sukarnya mengukur dan meneliti fakta konversi tersebut. Sama halnya dengan fakta-fakta psikis lainnya. Kita tidak dapat meneliti secara langsung proses terjadinya konversi tersebut, dan keadaan jiwa apa yang memungkinkan terjadinya peralihan keyakinan secara mendadak itu.[1]

B.          Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka untuk memudahkan pembahasan, kami buat rumusan masalah sebagai berikut:

·                Pengertian konversi agama
·                Faktor yang menyebabkan terjadinya konversi agama
·                Macam-macam konversi agama
·                Proses konversi agama
C.          Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah agar mahasiswa/pembaca tahu tentang:
·                Apa itu konversi agama
·                Penyebab terjadinnya konversi agama
·                Macam-macam konversi agama
·                Proses konversi agama




BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Konversi Agama

Konversi agama menurut etimologi konversi berasal dari kata lain “Conversio” yang berarti: tobat, pindah, dan berubah (agama). Selanjutnya, kata tersebut dipakai dalam kata Inggris Conversion yang mengandung pengertian: berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or from one religion, to another).

Berdasarkan kata-kata tersebut dapat diartikan bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama[2].

Secara terminologis, tentang definisi konversi agama dapat dikemukakan beberapa pendapat para ahli antara lain:

·                Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan di mana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya[3].

·                W.H.Clark mendefinisikan konversi agama merupakan sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindakan agama[4].


·                William James mengatakan, konversi agama merupakan berubah, digenerasikan, untuk menerima kesukaan, untuk menjalani pengalaman beragama, untuk mendapatkan kepastian adalah banyaknya ungkapan pada proses baik itu berangsur-angsur atau tiba-tiba, yang dilakukan secara sadar dan terpisah-pisah, kurang bahagia dalam konsekuensi penganutnya yang berlandaskan kenyataan beragama.
Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat ia berada. Selain itu, konversi agama yang dimaksudkan antara lain :

·                Perubahan arah pandanagan dan keyakinan seseorang terhadap agama yang dianutnya.
·                Perubahan dipengarhi kondisi kejiwaan baik secara berproses atau secara mendadak.
·                Selain perpindahan kepercayaan atau agama juga perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya. Boleh jadi dari lemah menjadi kuat atau sebaliknya.
·                Selain factor kejiwaan dan kondisi lingkungan, perubahan disebabkan factor petunjuk Tuhan (hidayah).

B.            Faktor – factor Terjadinya Konvensi Agama

William James dan Max Heirich mengemukakan pendapat bahwa konversi agama disebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang mereka tekuni

1           Para ahli agama menyatakan, bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk Illahi. Pengaruh supernatural berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok[5].Namun demikian, terasa sulit untuk membuktikan secara empiris tentang faktor ini, walau kita mempercayai bahwa petunjuk Illahi memegang peran penting dalam perubahan perilaku keagamaan seseorang. Oleh karena itu, perlu ditelusuri faktor-faktor lain, baik itu dilihat dari latar belakang sosiologis, faktor kejiwaan maupun pendidikan yang didapatkan[6].

2           Para ahli sosiologi berpendapat, bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang mendorong terjadinya konversi itu terdiri dari adanya berbagai faktor lain:
·                Pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun nonagama (kesenian, ilmu pengetahuan ataupun bidang kebudayaan).
·                Pengaruh kebiasaan yang rutin. Pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk berubah kepercayaan jika dilakukan seacara rutin hingga terbiasa, misalnya: menghadiri upacara keagamaan, ataupun pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada lembaga formal, ataupun nonformal.
·                Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat, misalnya: karib, keluarga, dan famili.
·                Pengaruh pemimpin keagamaan.
·                Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi.
·                Pengaruh kekuasaan pemimpin.[7]

3           Para ahli psikologi menyebutkan faktor psikologis yang menyebabkan terjadinya konversi. Sebagai contoh adalah tekanan batin, maka akan mendorong seseorang untuk mencari jalan keluar, yaitu ketenangan batin, atau jiwa yang kosong dan tidak berdaya kemudian mencari perlindungan kekuatan lain yang mampu memberikan kehidupan jiwa yang tenang dan tentram. Dengan demikian, terjadinya konversi tidak hanya didorong oleh faktor luar saja, tapi juga disebabkan faktor intern,antara lain:

-        Kepribadian.
Secara psikologis tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang. Dalam penelitian William James ditemukan bahwa tipe melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi dalam dirinya.

-       Pembawaan.
Menurut penelitian Guy E. Swanson ditemukan semacam kecenderungan urutan kelahiran yang mempengaruhi konversi agama. Anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin. Sementara anak yang dilahirkan pada urutan tengah atau antara sulung dan bungsu sering mengalami stres jiwa.

Sedangkan yang termasuk dalam faktor ekstern antara lain:

-       Faktor Keluarga.
Di antara yang termasuk dalam faktor ini adalah:
·         Kerekatan keluarga
·         Ketidakserasian
·         Berlainan agama
·         Kesepian
·         Kesulitan seksual
·         Kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat

Kondisi demikian menyebabkan batin seseorang akan mengalami tekanan batin sehingga sering terjadi konversi agama dalam usahanya untuk meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya.

-       Faktor lingkungan tempat tinggal.

Yang termasuk dalam faktor ini adalah ketersaingan dari tempat tinggal atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat yang menyebabkan seseorang hidupnya sebatang kara.
-       Perubahan status.

Perubahan status yang dimaksud dapat disebabkan oleh berbagai macam persoalan, seperti: perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan dan lain sebagainya.

-       Kemiskinan.

Seringkali terjadi masyarakat awam yang miskin terpengaruh untuk memeluk agama yang menjanjikan dunia yang lebih baik, seperti kebutuhan sandang dan pangan yang mendesak.[8]

4.       Prof.Dr. Zakiah. Daradjat (1979)
memberikan pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 tahap, yaitu:
·      Masa tenang, disaat ini kondisi seseorang berada dalam keadaan yang tenang karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Terjadi semacam sikap apriori (belum mengetahui) terhadap agama. Keadaan yang demikian dengan sendirinya tidak akan mengganggu keseimbangan batinnya, hingga ia berada dalam keadaan tenang dan tentram. Segala sikap dan tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh atau menentang agama.
·      Masa ketidaktenangan, tahap ini berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya. Mungkin di karenakan suatu krisis, musibah ataupun perasaan berdosa yang di alami.Hal tersebut menimbulkan semacam kegoncangan dalam kehidupan batin sehingga menyebabkan kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah, panik, putus asa, ragu, tegang dan bimbang. Perasaan tersebut menyebabkan seseorang lebih sensitif dan hampirhampir putus asa dalam hidupnya dan mudah terkena sugesti. Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap ide atau kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya.
·      Masa konversi, tahap ketiga ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan karena kemantapan batin telah terpenuhi berupa kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah. Keputusan ini memberikan makna dalam menyelesaikan pertentangan batin yang terjadi, hidup yang tadinya seperti dilamun ombak atau di porak porandakan oleh badai topan persoalan, tiba-tiba angin baru berhembus, sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk ilahi. Karena disaat ketenangan batin itu terjadi dilandaskan atas suatu perubahan sikap kepercayaan yang bertentangan dengan sikap kepercayaan sebelumnya, maka terjadilah proses konversi agama.
·      Masa tenang dan tentram, masa tenang dan tentram yang kedua ini berbeda dengan tahap yang sebelumnya. Jika pada tahap pertama keadaan itu dialami karena sikap yang acuh tak acuh, maka ketenangan dan ketentraman pada tahap ketiga ini di timbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang sudah di ambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap sebagai pernyataan menerima konsep baru. Setelah krisis konversi lewat dan masa menyerah di lalui, maka timbullah perasaan atau kondisi jiwa yang baru, rasa aman dan damai di hati, tiada lagi dosa yang tidak diampuni Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada kesalahan yang patut di sesali, semuanya telah lewat, segala persoalan menjadi mudah dan terselesaikan. lapang Dada, menjadi pemaaf dan dengan mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain.
·      Masa ekspressi konversi, sebagai ungkapan dari sikap menerima, terhadap konsep baru dari ajaran agama yang diyakininya, maka tindak tanduk dan sikap hidupnya diselaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang dipilih tersebut. Pencerminan ajaran dalam bentuk amal perbuatan yang serasi dan relevan sekaligus merupakan pernyataan konversi agama itu dalam kehidupan

C.           Macam – Macam Konversi Agama

·                Perubahan secara bertahap (Type Valitional)

Yaitu konversi yang terjadi secara berproses, sedikit demi sedikit, hingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru. Konversi yang demikian ini sebagian besar terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran. Tipe pertama ini dengan motivasi aktif dari pelaku dan intelektual rasional yang lebih berperan.

·                Perubahan secara drastis (Type Self Surrender)

  Yaitu konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Perubahan tersebut dapat terjadi dari kondisi tidak taat menjadi taat, dari tidak kuat keimanannya menjadi kuat keimanannya, dari tidak percaya kepada suatu agama menjadi percaya. Pada konversi jenis kedua ini, menurut William James terdapat pengaruh petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa terhadap seseorang. Sebab, gejala konversi ini terjadi dengan sendirinya pada diri seseorang sehingga ia menerima kondisi yang baru dengan penyerahan jiwa sepenuhnya. Dengan kata lain, konversi tipe kedua ini merupakan hidayah atau petunjuk dari Tuhan.
Masalah-masalah yang menyangkut terjadinya konversi agama tersebut menurut tinjauan para psikolog adalah berupa pembebasan diri dan tekanan batin.[9]

D.           Proses Konversi Agama

Proses yang dilalui oleh orang-orang yang mengalami konversi, berbeda antara satu dengan lainnya, selain sebab yang mendorongnya dan bermacam pula tingkatnya, ada yang dangkal, sekedar untuk dirinya saja dan ada pula yang mendalam, disertai dengan kegiatan agama yang sangat menonjol sampai kepada perjuangan mati-matian. Ada yang terjadi dalam sekejap mata dan ada pula yang berangsur-angsur. Namun dapat dikatakan, bahwa tiap-tiap konversi agama itu melalui proses-proses jiwa sebagai berikut

1.             Masa tenang pertama, masa tenang sebelum mengalami konversi, di mana segala sikap, tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh menentang agama.
2.             Masa ketidaktenangan, konflik dan pertentangan batin berkecamuk dalam hatinya, gelisah, putus asa, tegang, panik. Baik disebabkan oleh moralnya, kekecewaan atau oleh apapun juga.
3.             Peristiwa konversi itu sendiri setelah masa goncang itu mencapai puncaknya, maka terjadilah peristiwa konversi itu sendiri. Orang merasa tiba-tiba mendapat petunjuk Tuhan, mendapatkan kekuatan dan semangat.
4.             Keadaan tentram dan tenang. Setelah krisis konversi lewat dan masa menyerah dilalui, maka timbullah perasaan atau kondisi jiwa yang baru, rasa aman di hati, tiada lagi dosa yang tidak diampuni Tuhan, tiada kesalahan yang patut disesali, semuanya telah lewat, segala persoalan menjadi enteng dan terselesaikan.
5.             Ekspresi konversi dalam hidup. Tingkat terakhir dari konversi itu adalah pengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk, kelakuan, sikap dan perkataan, dan seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturan-aturan yang diajarkan oleh agama.[10]

H.Carrier, membagi proses konversi agama dalam pentahapan sebagai berikut:

·         Terjadi disentegrasi sintesis kognitif dan motivasi sebagai akibat dari krisis yang dialami.
·         Reintegrasi kepribadian berdasarkan konversi agama yang baru.
·         Tumbuh sikap menerima konsepsi agama baru serta peranan yang dituntut oleh ajarannya.
·         4.Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk Tuhan.[11]





BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan

Konversi Agama secara etimologi konversi berasal dari kata latin “conversio” yang berarti tobat, pindah, berubah (agama).Sedangkan konversi agama (religious conversion) secara umum dapat di artikan dengan berubah agama ataupun masuk agama. Menurut Thouless (1992), konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba.
Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar. Segala bentuk kehidupan batin yang semula mempunyai pola sendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya secara spontan ditinggalkan sama sekali. Muncul gejala baru berupa perasaan serba tidak lengkap dan tidak sempurna, perasaan susah yang ditimbulkan oleh kebimbangan.
Perasaan yang berlawanan itu menimbulkan pertentangan dalam batin sehingga untuk mengatasi kesulitan tersebut harus dicari jalan penyalurannya. Ketenangan batin akan terjadi dengan sendirinya bila yang bersangkutan telah mampu mamilih pandangan hidup yang baru dalam kehidupan selanjutnya.
Sebagai hasil dari pemilihannya terhadap pandangan hidup itu maka seseorang tersebut bersedia dan mampu untuk memastikan diri kepada tuntutan-tuntutan dari peraturan-peraturan dalam pandangan hidup yang dipilihnya. Makin kuat keyakinannya terhadap kebenaran pandangan hidup itu akan semakin tinggi pula nilai bakti yag diberikannya.

B.            PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya. Dan akhirnya pemakalah mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan, baik dalam sistematika penulisan, isi dalam pembahasan maupun dalam hal penyampaian materi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman pada umumnya dalam kehidupan ini. Amin



Daftar Pustaka

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005

Baharuddin dan Mulyono. 2008. Psikologi Agama Dalam Prespektif Islam. Malang: UIN-Malang Press

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama; Penerbit Bulan Bintang 2005

Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004







[1] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, hlm160
[2] Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm 273
[3] Ibid, hlm 273-274
[4] Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hlm 104
[5] Ibid, hlm 275
[6] Sururin, hlm 106
[7] Jalaluddin
[8] Sururin, hlm 107-109
[9] Ibid, hlm 105-106
[10] Zakiah Daradjat, hlm161-163
[11] Jalaluddin ,hlm 281

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Konversi Agama"

Post a Comment